Menciptakan Kesan Pertama di Sekolah
Apakah kamu seorang guru?
Yes,
Let’s break !
Guru adalah sosok cendikiawan yang
sangat diagungkan oleh sekelompok usia yang disebut dengan siswa di Negeri kita
Indonesia ini. The first day, yes. Hari ini adalah hari pertama bagi
siswa-siswa baru untuk memasuki sekolah pada umumnya di Indonesia. Apakah yang
diharapkan oleh siswa baru yang begitu antusias di sekolah? Lantas, apakah yang
sudah dipersiapkan oleh para guru dalam menyambut antusiasme siswa-siswa pada
hari pertama sekolah?
Dalam hal ini, kita sebagai guru yang
berkecimpung di dunia pendidikan harus mampu menciptakan kesan pertama yang mempesona
untuk siswa-siswa baru kita. Indonesia merupakan negara yang tidak terlepas
dari budaya Timurnya hingga hari ini. Budaya sendiri merupakan aspek yang
begitu erat dalam proses pendidikan. Pengalaman yang diberikan oleh seorang
guru dalam menunjang terjadinya proses pembelajaran di sekolah diharapkan mampu
dibangun dari budaya lingkungan setempat siswa. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan, menyatakan bahwa lingkungan budaya setempat siswa sangat berpengaruh
pada pola fikir siswa dalam menunjang terjadinya proses pembelajaran.
Dalam teori perkembangan Piaget
menyebutkan bahwa untuk memulai pembelajaran yang berkualitas haruslah
dimulai dari lingkungan budaya terdekat siswa agar pembelajaran yang dihasilkan
mampu berkualitas. Pembelajaran berkualitas merupakan pembelajaran yang mampu
memberikan kesan bagi si pembelajar. Kesan inilah yang diharapkan mampu menjadi
umpan balik yang didapat siswa setelah adanya proses pembelajaran. Adanya kesan
ini diharapkan mampu mengubah tingkah laku yang ada pada siswa sebelum
mengalami proses pembelajaran. Kesan yang diperoleh dapat berupa ilmu
pengetahuan baru, pengalaman baru, informasi baru atau lainnya yang tidak hanya
bertahan dalam ingatan sementara melainkan secara permanen. Sehingga mampu
bermanfaat bagi lingkungan budaya terdekat siswa di masa ini dan masa yang akan
datang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Menciptakan kesan pada pertemuan
pertama merupakan the secret of key. Yes, kunci rahasia dalam
mengambil hati para siswa kita. Agar pembelajaran berkualitas, maka kita harus
mampu mempersiapkan jiwa para pembelajar kita terlebih dahulu. Dalam mempersiapkan
jiwa-jiwa pembelajar tentunya tidak mudah, yes. Marilah mulai dari jiwa kita
sebagai guru. Sudahkah jiwa kita siap sebagai pendidik? Setelah itu barulah
kita mampu masuk ke dalam jiwa siswa-siswa kita. Sebagai pendidik kita harus
menyadari bahwa mengajar bukanlah profesi melainkan panggilan hati. Sedangkan
siswa sebagai pembelajar bukanlah gelas kosong yang akan kita isi. Melainkan gelas
yang telah berisi. Setiap anak memiliki isi yang berbeda-beda. Dari manakah isi
tersebut? Yes, isi tersebut berasal dari lingkungan terdekatnya.
Ingat, pendidikan pertama bukanlah di PAUD, SD atau SMP melainkan dari
lingkungan terdekatnya. Lingkungan terdekat siswa yang utama adalah keluarga. Yes,
keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi siswa kita. Berasal dari
lingkungan keluargaah isi dari gelas-gelas tersebut.
Pembelajaran yang kita berikan di
sekolah bukan hal pertama bagi siswa. Karena sebelum memesuki jenjang sekolah
setiap anak telah mengalami pembelajaran yang beragam dari lingkungan
terdekatnya. Dan setiap anak tentu mengalami pembelajaran yang berbeda-beda
sesuai dengan lingkungan terdekatnya. Lantas, bagaimana kita sebagai guru dalam
menghadapi hal ini? Bagaimana agar kita mampu menciptakan kesan pertama kepada
siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang berbeda? Yes, disinilah tugas
kita untuk menyeimbangkan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh siswa.
Setelah kita mampu menyiapkan jiwa
kita sebagai guru, lanjut kita persiapkan jiwa siswa-siswa kita. Setiap jiwa manusia
sejak lahir hingga dewasa membutuhkan dukungan yang positif untuk menjawab quesion
mark yang ada di benaknya. Sebagai guru yang merupakan sosok cendikiawan
yang diagungkan oleh siswa sudah selayaknya kita memberikan dukungan positif
kepada siswa-siswa kita. Dukungan positif inilah yang sangat diharapkan oleh
para siswa-siswa kita pada hari pertama sekolah. Balaslah antusias tinggi untuk
berangkat ke sekolah di hari pertama oleh siswa kita dengan dukungan positif. Sambut
hari pertama siswa kita dengan hati, bukan dengan tumpukan tugas mapun materi
pembelajaran yang ada di buku bahan ajar. Remember, this’s
first day guys.
Mengawali hari pertama dengan
ungkapan motivasi dan nasehat penuh cinta dan santun tentu akan menjadi kesan
terindah siswa di hari pertama sekolahnya. Yes, berikan dukungan positif kepada
siswa-siswa kita bahwa belajar itu penting. Karena hanya belajar dengan giat
yang akan mampu menyelamatkan kita dari kebodohan. Pada dasarnya tidak ada anak
yang bodoh, hanya ada anak yang malas. Tugas kita sebagai gurulah untuk
memberikan dukungan positif yang tiada jemu untuk siswa-siswa kita agar tidak
terjerumus dalam kemalasan. Nasib Indonesia esok, bukan di tangan kita hari
ini. Melainkan ada pada generasi penerus yakni siswa-siswa yang kita ajar hari
ini.
Setelah membalas antusiasme siswa
dengan dukungan positif, lanjut masuki jiwa siswa-siswa kita, guys. Bagaimana
caranya? Yes, mulailah dengan mengenali siswa kita. mengenali siswa kita tidak
hanya harus hafal nama. Kita sebagai guru harus mampu mengetahui lingkungan
terdekatnya. Siapa orangtuannya, latar belakang pendidikan orang tuanya, lingkungan
tempat tinggalnya, kelebihan dan kekurangan sang anak, sifat bawaan sang anak
dan lain sebagainya. Melalui point-point inilah selanjutnya kita mampu menyeimbangkan
tugas kita sebagai guru.
Setelah mengetahui jiwa
masing-masing siswa kita di minggu pertama ini, barulah selanjutnya kita mampu
merekayasa proses pembelajaran yang sesuai dengan jiwa siswa-siswa kita. ingat,
bahwa pembelajaran berkualitas adalah pembelajaran yang dimulai dari lingkungan
terdekat siswa. Guru harus mampu mengaitkan lingkungan budaya sehari-hari siswa
dalam proses pembelajaran. Agar siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari dan menghasilkan kebermanfaatan.
See u next session!