Kamis, 20 Oktober 2011

cERbuung


PERJALANAN CINTA SEMU
Cinta terkadang  sulit untuk di tebak kehadirannya. Tak mampu untuk mendiskripsikannya. Ia hadir dengan sejuta keindahan yang menghiasi hari-hari penuh dengan senyuman. Namun halnya, ketika cinta tak mampu untuk diekspresikan maka apa yang akan terjadi?
            Diawal pertemuan tak pernah disangka bakal terjalin cinta diantara kami. SMA PELITA 2 tak pernah terfikir untuk ku berada disana sebelumnya. Walaupun ku sering dengar bahwa anak-anak PELITA 2 itu disegani segalanya. Dari penamilan, kepintaran dan lainya. Sekolah itu juga termasuk sekolah favorit. Nggak mudah untuk masuk ke sekolah itu. Namun, dari hatiku paling dalam tidak ingin sedikit pun untuk bersekolah disana. Ternyata orang tua ku menyuruh untuk masuk ke sekolah favorit itu.
            Alhamdulillah aku lulus dengan murni. Yaiyalah, SMP aku kan juga SMP terbaik di kota ini. Bahkan tidak ada siswa dari sekolah lain yang pernah mampu untuk menyainginya. Memang sebagian besar alumni dari SMP aku itu melanjut ke SMA ini.
            Hari pertama ku berada di sekolah SMA PELITA 2. Tepatnya hari dimana aku di orientasi. Sedikit jenuh yang ku rasakan. Berbagai kritik yang selalu ku lakukan setiap kali ku melihat kejadian yang tidak ku sukai. Tapi semua itu kulakukan hanya didalam hati. Yups, semua tindakan yang dilakukan kakak stanbuk saat mengoriensi menjenuhkan. Tidak menarik. Itulah gerutuku di hari-hari MOS. MEMBOSANKAN.
            Baiklah masuk pada hari kedua, pemilihan kelas. yaTuhan, aku sekelas lagi dengan anak yang buat aku ilfeel itu. ya, Rendy tepatnya. Dia itu enek baget aku lihatnya. Tapi ya sudahlah mau gimana lagi. Hari pertama kesan yang sangat tidak pernah aku lupakan sampai hadirnya tulisan ini. Aku memang sedikit tomboy, aku paling benci diatur. Siapapun yang berani mengatur aku maka akan berani untuk menjadi bahan percobaan kelinciku.
            Satu minggu aku di SMA itu, bermain, bercanda ya namanya juga murid baru. Ku emang sedikit jahil juga. Ditambah lagi teman sebangku ku yang bernama Eca. Eca memang tomboy, kalau di bilang dialah rangking satu tomboy dikelas baru ku itu. aku memang sudah kenal Eca dari SMP, sayangnya kami tidak sekelas waktu di SMP. Aku di kelas ungulan sedangkan Eca tidak. Sebenarnya niat awal kami cuma ingin berkenalan dengan teman-teman baru dikelas itu hehehe. Lemparan kertas yang pertama kena kepada temanku Citra, setelah itu Vera dan selanjutnya lemparan itu berhenti pada si anak alim, culun dan lugu. Tepatnya beliau bernama Revi. Revi mengembalikan lemparan itu dengan mengirimkan suatu tulisan yakni “berapa nilai akhlakmu”. Aku nggak terima dengan kata-kata itu. ya, namanya anak tomboy mana mempan dengan kata-kata seperti itu. yang ada dia malah menjadi. Aku umumin didepan kelas “ada yang nanya berapa nilai akhlakku ca, hem…belum tahu dia. Akhlak aku 96 ada yang berani nandingin? Tanyaku. Memang ku akui aku dari kelas unggulan yang anak-anaknya terkenal sombong akan IQ nya yang berada diatas rata-rata. Revi hanya tunduk diam dibangkunya. Yaiyalah, anak alim mana mau berantam. Mungkin ketika itu dia hanya bisa istighfar melihat tingkahku hahahaha.
            Sejak kejadian itu aku anti banget sama itu anak. Mungkin dia juga tahu ketika itu aku anti dengannya. Tapi tahu nggak, kursi aku itu tepat berada disampingnya. Hem, dia aktif banget di bidang ekstra tapi bidang intra nggak. Dia jarang masuk kelas karena kesibukannya diluar. Tapi, jangan salah dia selalu nggak pernah siap tugas-tugas rumah. Ulangan saja dia remedial. Bisa bayangin IQ nya rendah banget gitu loh. Ya, mana mungkin dia itu tipe aku nggak banget.
            Diakhir semester satu, saatnya pengumuman hasil kerja keras kami selama ini. Hari yang ku tunggu-tunggu. Pengumuman rangking, diumumkan dilapangan SMA PELITA 2. Wow…semua penduduk SMA PELITA 2 akan menjadi saksi pagi itu. ya, aku termasuk salah satu juara kelas dari masing-masing kelas. Di SMA PELITA 2 terdapat 20 kelas dari kelas 1 sampai 3. Disaat itu aku merasa puas banget. Ya emang sih sudah lazim bagi aku mendapat rangking 1 itu, tapi kali ini puasnya beda banget. Mungkin karena ada si Revi itu. tahu nggak Revi cuma mampu menduduki rangking 20an. Gimana nggak senang banget aku. Senang melihat orang sedih itulah tepatnya. Itulah sedikit gambaran aku sebelum hijrah.
            Desember, sms pertama aku dapat dari Revi. Terkejut banget, bagaimana mungkin seorang Revi sms aku. Begitu ramah Revi di telpon. Di semester 2 aku mulai aktif dibeberapa kegiatan, bahkan kami sering berada dalam satu kegiatan. Sejak itu juga aku sering jalan bareng dia. Ke kantin bareng, belajar bareng. Ya sering banget bareng. Hingga suatu hari Revi curhat dengan aku. Awalnya sih hanya sebatas pacarnya, setelah itu tentang keluarganya dan lama kelamaan tentang pribadinya. Dari situ aku sudah mulai curiga. Opz, Revi mulai menampakkan cintanya padaku. Tidak mungkin aku harus menjaga reputasiku di sekolah ini. Apa kata dunia jika aku pacaran dengan seorang Revi. Owh Tuhan, bukan tipe aku banget itu anak. Pinter nggak, cakep juga standard. Tidak mungkin, jangan sampai Revi nembak aku ujarku dalam hati.
            Kian hari kebaikan Revi terhadap aku semakin kelihatan. Apalagi kakak kelas yang selalu menjodohkan kami. Tapi tahu nggak, semenjak kami dekat prestasi Revi kian membaik, dari ranking 20 an menjadi 10 besar. Gimana nggak makin cinta itu anak ma aku. Haduh, gawat ucapku. Tapi jujur sich, semenjak berteman dekat dengan Revi aku sedikit kelihatan lebih feminim dan baik budi.
            Sepulang pembagian raport, kami jalan-jalan. Tapi nggak Cuma berdua. Kami bareng teman-teman satu kelas. Wah seru banget, ya tapi menghasilkan kedekatan yang semakin antara aku dan Revi. Tidak hanya sampai disitu. Kami pun merencanakan untuk membuat acara lagi untuk mengisi hari libur. Akhirnya disepakati tepatnya hari minggu kami akan kumpul lagi di rumah Revi. Apa? Rumah Revi ujarku dalam hati. Ish, malas banget main kerumah cowok.
“emang nggak bisa dirumah cewek aja kumpulnya?”.
“ya nggaklah. Nggak enak. Dirumah Revi aja.” Jawab seorang temanku Resta.
            Hari yang kutakutkan itu pun tiba. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, mobile ku kian bordering dari tadi. Tidak satu pun telepon dari Revi ku angkat. Aku tahu, teman-teman pasti sudah kumpul. Soalnya kami janji jam 09.00 berangkat ke rumah Revi. Aku hanya mondar-mandir di kamar memikirkan alasan apa yang akan ku berikan untuk menunda kehadiranku ke rumah Revi. Tiba-tiba satu phone number yang tidak ku kenal masuk. Langsung ku angkat, mana tahu penting ujarku. Eh, ternyata telepon dari si Revi yang menggunakan nomor orang lain. Aku pun tidak lagi bisa mengelak. Tapi aku memberikan syarat kepada Revi,
“cinta akan ikut kalau dijemput ke rumah, tapi cinta nggak  mau Revi yang jemput.”
“oke, Revi akan minta Resti untuk jemput ke rumah cinta. Tunggu sebentar”
Telephon pun langsung putus. 15 menit kemudian terlihat motor Resta telah nongkrong di depan rumahku. Tanpa basa basi Resti langsung mengegas motornya dengan kecepatan tinggi.
“woi, aku lum mau mati ya,”
Resti tak perdulikan ujaranku. 10 menit kemudian aku dan Resti tiba di sekolah.
”yaudah yuk, tancap gas. Jangan pake lama lagi. Aku uda lapar nich.” Ujar Resti
“cinta di motor Revi aja.”ujar Revi.”
“aduh, disini aja dech, malas pindah lagi” tolakku
“Ya sudah, Resti hati-hati ya awas kalau cinta kenapa-kenapa lo buat.”
“rebes boz…hehehehe”
Aku hanya tersipu, nggak tahu harus berekspresi apa mendengar celotehan mereka. Di perjalanan resti bercerita kalau Revi telah merencanakan sesuatu untuk ku hari ini. Tapi ia tidak memberi tahu apa rencana itu. aku desak dan terus ku desak akhirnya ia membongkarnya juga. Oh Tuhan bisa terancam nich, ujarku dalam hati.
            Sesampai di rumah Revi, teman-teman yang lain masing-masing mengambil pekerjaan untuk mempersiapkan makan siang. Sementara aku hanya duduk terdiam di ruang tamunya. “kenapa cuma diam?” tanya Revi
“nggak papa kok“ jawabku
Suasana hening pun tercipta diantara kami berdua, ku tak mampu banyak bicara di hadapannya, nggak tahu kenapa semenjak tahu kabar dari Resti itu aku jadi salah tingkah dihadapannya.
“boleh tunjukin kamar mandinya…soalnya mau shalat dzuhur”
“oy, tentu”
“kemana cin?” (tanya sinta)
“mau shalat sin..”
“hem…enaknya yang jadi nyonya..” (sindir sinta)
“nyonya??? Maksudnya?” (tanyaku bingung)
“opz..hehehehe…gak papa kok…yaudah shalat gih sana”
“baiklah”
Untung aku bisa berlaga bodoh didepan sinta. Ya pura-pura gak tau gitu. Selanjutnya ku minta mukena untuk shalat kepada Revi. Opz..ternyata udah disiapinnya. Semakin salah tingkah gue dihadapaannya. Ya Tuhan..perasaan apa ini. Aku gak boleh jatuh cinta..pada siapapun itu…ttp say no to pacaran.
“shalat dikamar Revi aza cin,”
ya Tuhan kamarnya??? Yang benar aza gue masuk kamar cowok..baru kali ini..canggung banget..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar