Rabu, 07 November 2012

RUMAH FASHION_Essay


RUMAH FASHION

Tingginya tingkat pengangguran saat ini menyebabkan berbagai tindak kriminalitas dan kemiskinan. Berdasarkan data BPS tahun 2011 terdapat 8,12 juta orang menganggur. Menurut data kadin tambahan 1,3 juta penganggur tiap tahun. Sebab tambahan lapangan kerja hanya 1,61 juta sementara tambahan tenaga kerja baru mencapai 2,91 juta orang. Hal ini disebabkan oleh pola fikir yang masih terbelakang. Dalam ruang lingkup dunia mahasiswa khususnya masih dominan cenderung lebih sebagai pencari kerja (job seeker) dari pada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Ribuan wisudawan/wisudawati setiap tahunnya disyahkan menjadi sarjana. Namun, tahukah bahwa dengan wisudanya mereka maka jumlah pengangguran pun akan menjadi bertambah. Pengembangan jiwa wirausaha muda yang berpendidikan serta berkarakter akan mampu menyedot jumlah pengangguran yang ada, bahkan jika pengembangan jiwa wirausaha muda yang berpendidikan terdapat 2% saja dari jumlah penduduk maka penulis yakin bangsa ini akan mampu mengatasi jumlah pengangguran yang meningkat tajam di setiap tahunnya. Wirausaha yang berpendidikan memiliki potensi yang lebih baik dari pada wirausaha yang tidak berpendidikan. Dalam hal ini alumni S-1 adalah jiwa-jiwa yang tepat untuk menjadi wirausaha muda yang berpendidikan. Sehingga mampu menjawab problem pengangguran. Salah satu bentuk wirausaha yang tepat untuk dikembangkan sesuai dengan dunia mahasiswa adalah usaha rumah fashion. Dunia usaha di bidang fashion memang tidak akan pernah ada matinya, hal ini karena mode di dunia fashion tidak pernah berhenti berputar dan terus berkembang bahkan semakin pesat dari tahun ke tahun. Industri fashion bukan hanya sekedar bisnis peragaan busana, melainkan bisnis yang benar-benar membutuhkan wirausaha yang memiliki pengalaman serta pendidikan dalam memanajemen segala sesuatunya. Trend masa kini harus mampu dikuasai oleh wirausaha fashion yang sejalan dengan perkembangan model, bahan yang layak serta harga yang terjangkau oleh konsumen maupun pelanggan. Ditambah lagi mayoritas peminat dunia fashion adalah kalagan muda yakni dunia mahasiswa, pekerja dan setengah baya,maka selayaknya wirausaha fashion juga harus berjiwa muda.

                                                                                                            Medan, 06 Maret 2012

                                                                                                            By: Rizki Nurjehan

Profesionalisme Guru VS Murid Berkualitas di Abad ke-21_LKKM FIP UNIMED


  1. Judul
Profesionalisme Guru VS Murid Berkualitas di Abad ke-21
  1. Latar Belakang
Republik Indonesia sebagai sebuah bangsa sesungguhnya sudah mendeklamasikan kemerdekaannya sejak 67 tahun yang lalu. Dan apa arti kemerdekaan bagi kita? Dalam pembukaan UUD 1945, kemerdekaan memiliki sebuah janji untuk 1). Melindungi segenap bangsa Indonesia, 2). Memajukan kesejahteraan umum, 3). Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan 4). Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. ”Mencerdaskan kehidupan bangsa” adalah sebuah janji. Janji yang harus dilunasi untuk setiap bangsa Indonesia.
Pendidikan dapat dipandang sebagai proses penting untuk memenuhi janji kemerdekaannya. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang juga berkualitas. Sebagai contoh, pada 1960-an, Korea Selatan masih menjadi Negara berkembang yang tidak diperhitungkan. Namun sekarang ini, Korea Selatan menjadi Negara industri yang diperhitungkan dalam peraturan global. Sektor pendidikan Korea Selatan tentulah menjadi kunci utama keberhasilan ini.
Era transformasi pendidikan abad ke-21 merupakan arus perubahan dimana guru dan siswa akan sama-sama memainkan peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Peranan guru bukan hanya sebagai transfer of knowledge atau guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang bisa melakukan apa saja (teacher center), melainkan guru sebagai fasilitator aktif untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik (siswa). Thomas Amstrong dan Munif Chatib sepakat bahwa tiap-tiap siswa memiliki semua kecerdasan. Sehingga dunia pembelajaran membutuhkan lebih dari satu cara mengajar.
Seorang guru harus menguasai konsep dasar yaitu pengajaran (pedagogi). Banyak sekali faktor yang berpengaruh pada keberhasilan pendidikan. Guru saat ini haruslah senantiasa up-to date terhadap perkembangan zaman dan teknologi. Misalnya, konsep teaching centered learning sudah tidak tepat lagi dipraktekkan saat ini. Sudah saatnya pola teaching learning digeser menjadi student centered learning dengan guru sebagai fasilitator.

Perkembangan teknologi komputer terus berkembang, dimana sistem pembelajaran harus diintegrasikan dengan perkembangan teknologi yang ada seperti komputer dan internet. Sehingga pembelajaran tak lagi terkesan membosankan. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terlibat langsung dalam merancanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kemampuan guru untuk menciptakan kondisi belajar yang multi sumber, multimedia, humanis demokratis dan menyenangkan.
Permasalahan yang tidak kalah penting pada pembelajaran abad ke-21 ini adalah pengintegrasian teknologi komputer dalam kegiatan pembelajaran merupakan suatu keniscayaan. Guru perlu mengikuti perkembangan zaman begitu juga dengan siswa perlu belajar sesuai dengan zamannya. Sekarang ini guru perlu kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kaidah pengintegrasian dengan menggunakan komputer dalam kegiatan pembelajaran. Dengan teknologi ini dapat membuat pembelajaran lebih aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Sehingga akan tercipta multi integrasi, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan media dan sumber belajar, maupun siswa dengan siswa lainnya. Guru harus mampu membiasakan siswa bersikap pro-aktif, kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran serta tidak gagap akan teknologi. Semuanya ini terangkum dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT BERJAS.
Seorang guru harus terapan dalam mengikuti perkembangan teknologi. Tidak dapat dimungkiri bahwa zaman yang begitu cepat memungkinkan siswa mampu menerima informasi dari manapun. Hal ini mengharuskan guru untuk terus meningkatkankan kualitas dirinya agar tidak dijatuhkan oleh kepintaran siswa. Namun juga, semua informasi yang didapat belumlah mampu disaring oleh siswa maka dari itu disinilah guru berfungsi.
Guru adalah sebuah profesi. Profesionalitas guru tentunya sangat terkait dengan beberapa unsur, baik itu unsur manajemen kerja guru dan lain sebagainya. Guru profesional abad ke-21 adalah guru yang kreatif dan mampu mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya komputer dalam kegiatan pembelajaran. Guru abad ke-21 harus memiliki pemahaman bahwa pelajaran di sekolah harus disampaikan semenarik mungkin. Hal ini didukung oleh kondisi siswa yang saat ini sangat familiar dengan berbagai kecanggihan alat teknologi yang diliputi multimedia unik dan menarik yang berbasis komputer menjadi teman sehari-hari mereka. Hal ini penulis temui pada jam pulang sekolah bahkan pada jam sekolah seragam sekolah berada di warnet. Dalam artian anak-anak sekarang rela meninggalkan jam pelajaran demi bernyantai ria di warnet tepatnya di depan komputer.
Dewasa ini tingkat kejenuhan pelajar pada anak usia sekolah semakin meningkat. Kejenuhan sistem pembelajaran yang terkesan klasik serta membosankan menjadi salah satu alasan dari anak-anak yang nongkrong di warnet tersebut. Guru yang tidak mengikuti perkembangan zaman, yang masih menggunakan metode mengajar yang itu-itu saja membuat siswa jenuh untuk belajar dan meninggalkan jam pelajaran. Siswa merasa bosan akan pelajaran yang disampaikan guru. Siswa lebih tertarik dengan hal-hal yang disuguhkan melalui internet, seperti game on-line yang memicu persaingan dan tentunya lebih modern sesuai dengan perkembangan zaman.
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Sistem pembelajaran tentunya juga mampu kita desain melalui teknologi yang berkembang. Hal ini kita lakukan demi satu tujuan yakni “Mencerdaskan kehidupan bangsa” mencetak anak-anak bangsa yang berkualitas di abad ke-21 ini.
Dari paparan singkat diatas, maka penulis menganggap bahwa hal ini sangat urgent untuk ditelusuri demi perbaikan dunia pendidikan. Dimana hal ini merupakan point penting menuju perkembangan kualitas pendidikan serta kemajuan bangsa.
  1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam karya ini adalah: “Apa kendala dari seorang guru dalam menerapkan sistem pembelajaran di abad ke-21 era global ini?”
  1. Tujuan
Karya ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas siswa/I sekolah dasar dan profesionalisme dari seorang guru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
  1. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari karya  ini adalah guru professional vs murid berkualitas di abad ke-21.
  1. Kegunaan
Kegunaan dari karya ini adalah sebagai berikut :
1.      Terciptanya pembelajaran yang menyenangkan.
2.      Tercapainya tujuan kurikulum.
3.      Meningkatkan keprofesionalan guru.
4.      Menghasilkan murid yang berkualitas.
5.      Memberantas penyakit gaptek.
6.      Menyelaraskan pembelajaran berbasis internasional
  1. Tinjauan Pustaka
1.      Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang internship. Untuk itu suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian dan persiapan akademik.
Ketiga pilar tersebut dapat diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang telah disediakan secara khusus sesuai bidangnya. Dalam hal ini beberapa tempat pendidikan guru professional, yakni S1-PGSD, S1 Kependidikan, FKIP dan akta kependidikan.
Tilaar menjelaskan bahwa seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi. Seorang professional menjalankan kegiatannya berdasarkan  profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan. Oleh sebab itu guru di abad ke-21 ini tentunya harus membaurkan dirinya dalam kecanggihan teknologi untuk pembelajaran yang berkualitas.
Profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap, sikap yang dibentuk haruslah sesuai agar mampu bertahan dalam era globalisasi ini. Tugas guru adalah membantu para siswa dalam hal beradaptasi dengan arus globalisasi yang terus mengalir. Terkadang pengaruh atau dampak globalisasi ini tidaklah selalu positif. Dilain pihak hal ini menimbulkan dampak negative baik itu bagi perkembangan siswa itu sendiri. Jadi, guru dalam abad ke-21 ini bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus mejadi manajer belajar. Hal ini mengharuskan agar setiap guru mampu mengenal teknologi dan mampu mengintegrasikannya dalam kegiatan pembelajaran.
Guru yang professional merupakan factor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Kompetensi guru juga sangat bergantung dalam hal ini. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertaggung jawab dan layak. Guru harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan pendidikan, psikologi perkembangan siswa dan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada dilingkungannya.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dikembangkan secara utuh kedalam empat kompetensi yaitu:
  1. Kompetensi Pedagogik, yaitu komponen mengelola peserta didik. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, serta psikologi pendidikan, terutama terhadap perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran terkesan menyenangkan dan bermakna tentunya.
  2. Kompetensi kepribadian, yakni kemampuan kepribadian yang stabil, dewasa, bijaksana dan berwibawa yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan  berakhlak mulia. Sesuai dengan tri pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tolodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani (dari depan guru member teladan/contoh, di tengah memberikan karsa dan di belakang memberikan dorongan/motivasi).
  3. Kompetensi social, yakni kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dengan baik, menjalin keakraban dengan sesame pendidik dan peserta didik.
Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajarpada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Menurut Sanjaya “mengajar dalam konteks standar pendidikan tidak hanya sekesar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses menciptakan iklim lingkungan belajar”. Dalam system pembelajaran baru yakni PAIKEM GEMBROT BERJAS lebih menekankan pada penciptaan suasana belajar yang menyenangkan serta berbobot. Sesuai dengan perkembangan teknologi yakni abad ke-21, maka sudah selayaknya pembelajaran menggunakan media berbasis teknologi yakni computer serta jaringan internet.
Menurut Aryad, computer memiliki beberapa fungsi dalam dunia pendidikan khususnya dalam kesatuan pembelajaran, yaitu :
a)      Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran karena ia dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang digunakan.
b)      Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan.
2.      Murid Berkualitas
Siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik
secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu: pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered); Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran. Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memenage kegiatan pembelajaran. Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat. (Ali Muhtadi:5)
Untuk mencetak murid yang bagus, kata dia, tidak tergantung kualitas sekolah. Tapi peran guru yang bisa membuat mimpi dan imajinasi murid berkembang. (detiknews.com).
Kualitas murid sangat bergantung pada guru. Maka dari itu peningkatan kualitas guru harus senantiasa ditingkatkan demi menghasilkan murid yang berkualitas. Apabila kualitas pengajaran dari guru terus ditingkatkan, sudah secara otomatis pemikiran dan daya kritis murid-murid pun akan terus meningkat.

H.    Kesimpulan
Era transformasi pendidikan abad ke-21 merupakan arus perubahan dimana guru dan siswa akan sama-sama memainkan peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Peranan guru bukan hanya sebagai transfer of knowledge atau guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang bisa melakukan apa saja (teacher center), melainkan guru sebagai fasilitator aktif untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik (siswa).
Guru yang professional merupakan factor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Kompetensi guru juga sangat bergantung dalam hal ini. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertaggung jawab dan layak. Guru harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan pendidikan, psikologi perkembangan siswa dan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada dilingkungannya.
Mengajar dalam konteks standar pendidikan tidak hanya sekesar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses menciptakan iklim lingkungan belajar. Dalam system pembelajaran baru yakni PAIKEM GEMBROT BERJAS lebih menekankan pada penciptaan suasana belajar yang menyenangkan serta berbobot. Sesuai dengan perkembangan teknologi yakni abad ke-21, maka sudah selayaknya pembelajaran menggunakan media berbasis teknologi yakni computer serta jaringan internet.
Kualitas murid sangat bergantung pada guru. Maka dari itu peningkatan kualitas guru harus senantiasa ditingkatkan demi menghasilkan murid yang berkualitas. Apabila kualitas pengajaran dari guru terus ditingkatkan, sudah secara otomatis pemikiran dan daya kritis murid-murid pun akan terus meningkat.
I.       Daftar Pustaka
Chatib, Munif. 2012. Gurunya Manusia. PT.Mizan Pustaka: Jakarta
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Prestasi Pustaka: Jakarta
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Alfabeta: Bandung
Suryosubroto. 2010. Proses Belajar Mnegajar Di sekolah. Rineka Cipta: Jakarta


UPAYA PELESTARIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER MELALUI MARKETING KARAKTER_KTI


LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
UPAYA PELESTARIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER MELALUI MARKETING KARAKTER
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Leuser atau yang lebih dikenal dengan istilah TNGL merupakan surganya pecinta alam yang katanya jangan mengaku sebagai pecinta alam kalau belum mengunjungi tempat ini. Sungguh luar biasa dan tentu banyak pengunjung yang penasaran dengan tempat ini ketika membaca bahwa TNGL merupakan salah satu warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada situs warisan dunia.
Pemandangan yang indah, udara yang bersih dan nyaman tentunya sangat berguna bagi kita dalam situasi apapun. Namun, ketika warisan dunia ini tidak kita pedulikan maka kehancuran dan kepunahan akan menerpanya. Kalau bukan kita yang berperan lantas siapa lagi yang kita harapkan. Hal sepele namun memiliki dampak yang luar biasa ketika tidak kita respon mulai dari sekarang.
Berdasarkan SK Menhut No. 276/KptsII/1997, total luas hutan TNGL 1.092.694 ha dan 80,5 persen (881.207 ha) berada di wilayah NAD, sisanya  19,5 persen (213.485 ha) berada di Kab. Langkat dan seluas 125.000 ha di antaranya berada di Kecamatan Besitang. Berdasarkan pengamatan, tingkat kerusakan hutan di daerah yang berbatasan dengan provinsi Aceh ini sudah cukup parah. Ka. SPTN Wilayah VI, Subhan, S. Hut,  mengatakan tingkat deforestasi hutan TNGL Resort Sekoci, Besitang, mencapai 4.000 ha. Ada tiga lokasi  yang mengalami degradasi cukup parah, yakni di kawasan  Barak Induk, Sei. Minyak dan Damar Hitam. Menurut dia, data itu berdasarkan hasil citra landsat tahun 2009.
Kurangnya koordinasi dan pemahaman antara masyarakat dan pihak pemerintah terkait kawasan TNGL menjadi salah satu permasalahan dibeberapa kawasan persebaran TNGL. Illegal Loging adalah salah satu permasalahan yang sampai sekarang belum dapat diselesaikan. Dimana banyak faktor pemerintah dan masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan Illegal Loging tersebut. Serta adanya perambahan lahan di kawasan Kabupaten Aceh Tenggara, yang antara lain disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu kondisi keamanan yang tidak kondusif dan mengakibatkan warga Aceh mengungsi di dalam kawasan TNGL dimana masyarakat setempat belum mengetahui adanya pembatas daerah antara kawasan TNGL dan lahan pribadi masyarakat yang menyebabkan kawasan TNGL menjadi rusak. Hal ini disebabkan oleh para pengungsi yang mengambil alih fungsi tanah di kawasan TNGL menjadi tempat pembukaan lahan perkebunan Sawit secara Illegal.
Perawatan serta penghayatan akan cinta alam tentunya menjadi solusi dibalik permasalahan yang muncul secara perlahan namun mematikan ini. Maka dari itu penulis merasa terpanggil untuk merangkai sebuah makalah karya tulis ini dengan judul “Upaya Pelestarian Taman Naional Gunung Leuser Melalui Marketing Karakter
B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas Taman Nasional Gunung Leuser mengalami beberapa permasalahan yakni :
1.      Kurangnya koordinasi dan pemahaman antara masyarakat dengan pihak pemerintah terkait kawasan TNGL.
2.      Illegal Loging.
3.      Adanya perambahan lahan di kawasan Kabupaten Aceh Tenggara yang mengakibatkan lahan TNGL menjadi tempat pengungsian.
4.      Adanya pembalakan liar serta alih fungsi hutan menimbulkan dampak kerusakan luas terhadap ekosistem termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS).

C.    Rumusan Masalah
Banyaknya permasalahan yang timbul mengakibatkan kualitas Taman Nasional Gunung Leuser menjadi terganggu. Sehingga dikhawatirkan beberapa kepunahan atau kerusakan pada warisan dunia cagar biosfer ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Profil Taman Nasional Gunung Leuser
UNESCO telah menetapkan Taman Nasional Gunung Leuser sebagi Cagar Biosfer. Kawasan ini  seluas 1.094.692 Hektar yang secara administrasi pemerintahannya terletak di dua Provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.
TNGL merupakan warisan dunia dari perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Dimana hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.  Bahkan berdasarkan kerjasama Indonesia-Malaysia, juga ditetapkan sebagai “Sister Park” dengan Taman Negara National Park di Malaysia.
Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu taman nasional terluas di Indonesia. Di sini terdapat 130 spesies hewan, seperti gajah, badak, harimau, macan tutul, dan masih banyak lagi, serta terdapat 325 spesies burung. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional antara lain mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana). Taman ini dikelola untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Terdapat sungai alas yang bisa dijadikan sebagai lokasi arung jeram serta rafting sambil menikmati lebatnya dan indahnya hutan yang lebat.
Ada enam lokasi utama wisata di Taman Nasional Gunung Lauser yaitu , Bahorok atau Bukit Lawang yang terkenal sebagai kawasan konservasi orang utan , Kluet yang terkenal dengan wisata goad dan wisata bersampan di danau dan di sungai. Gunung Lauser yang sering digunakan untuk lokasi wisata pertualangan mendaki dan memanjat gunung.
B.     Marketing Karakter
Marketing dapat kita artikan sebagai pemasaran. Nah, dalam hal ini demi meningkatkan suatu kualitas maka dibutuhkan market yang baik. Sistem marketing yang terorganisir, terperinci dan terencana akan menghasilkan output yang memuaskan tentunya. Namun ada satu hal yang terkadang kita sepelekan dalam hal ini. Yang kita anggap kuno selama iniyakni mempertahankan serta memperbaiki karakter yang ada.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Segala hal kita lakukan tentunya harus dibarengi dengan karakter yang baik pula agar hasil yang diharapkan bernilai memuaskan. Dunia marketing akan bernilai jika karakter kita tanamkan didalamnya.
Dalam ruang lingkung permasalahan TNGL yang sepele namun kian merambat yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman pelestarian serta rasa cinta terhadap warisan dunia maka solusi yang tepat adalah dengan “Marketing Karakter”. Dimana TNGL akan tetap berfungsi sebagaimana fungsinya yakni salah satunya sebagai tempat wisata atau syurganya pecinta alam. Namun dalam hal kunjungan atau wisatawan yang hadir dimanifestasikan sebagai rekan yang sadar akan penjagaan warisan dunia ini. Nah hal ini dapat kita rangkum dalam sebuah komunitas yang terdiri dari wisatawan yang hadir. Dimana komunitas ini  tentunya berasal dari kawasan masyarakat, pemerintah serta cendikiawan baik pelajar maupun mahasiswa. Nah, marketing karakter diharapkan mampu untuk meminimalisir tingkat kecerobohan yang selama ini telah dilakukan baik dari masyarakat atau pemerintah sendiri. Baik berupa Illegal Logging dan lain sebagainya.
Marketing Karakter ini dapat dijadikan sebagai kegiatan tahunan yang menghadirkan beberapa ormas, institute atau lembaga-lembaga yang mampu menjadi sumber market dalam mempromosikan warisan dunia yang ada. Jika ada marketing karakter TNGL ini maka kerusakan-kerusakan yang telah terjadi selama in akan mampu teratasi karena adanya organisir yang dilakukan tidak hanya dari internal namun eksternal juga berperan. Disamping itu marketing karakter ini juga akan mampu menghasilkan keuntungan bagi TNGL yang digunakan untuk pelestarian dan peningkatan kualitas TNGL sendiri.
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Upaya pelestarian TNGL sebagai warisan dunia perlu kita tingkatkan demi wahana yang fantastis ini. Hal ini dapat kita lakukan melalui ”Marketing Karakter”. Peran kita sebagai pemuda pemudi bangsa sangat diharapkan oleh cagar biosfer. Ide-ide creative yang dapat kita kembangkan bersama dengan masyarakat, pemerintah, cendikiawan, pelajar serta mahasiswa tentunya akan menghasilkan system market yang tidak hanya melampaui nasional bahkan internasional seperti yang kita harapkan bersama. Dan hal ini akan menggugah sedikit kesadaran atau memberantas kecerobohan yang terjadi selama ini.
B.     Saran
Dari paparan singkat diatas maka saran dari penulis adalah kita sebagai pemuda pemudi penerus bangsa serta masyarakat yang memiliki warisan dunia yang cukup fantastis sudah selayaknya berperan dalam pelestarian warisan ini agar warisan ini tetap terjaga dan semakin berkembang baik di dunia nasional bahkan internasional. Agar warisan ini tidak punah hingga pada penerus anak cucu nantinya.
DAFTAR PUSTAKA