Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kepada
yang terhormat: Bapak Muhammad Nuh, selaku MenDikBud RI
Dengan
tidak mengurangi rasa hormat kami kepada Bapak, sudi kiranya Bapak membaca suara
hati kami ini, dari goresan-goresan
pena pelajar yang memiliki bejuta
harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Walaupun kami sadar, Bapak lebih faham
dari kami tapi tolong jangan abaikan goresan pena yang penuh dengan rasa cinta
ini.
Beberapa
tahun belakangan ini, pendidikan di
Indonesia mengalami permasalahan yang tiada henti. Padahal, kami sadar
pemerintahan telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik
untuk pendidikan Indonesia dengan berbagai kebijakan. Namun, permasalahan terus
saja terjadi. Diantaranya, masalah ujian nasional yang dari tahun ketahun
selalu mengalami kontroversi yang sangat dinamis dan tak kunjung terselesaikan.
Terutama, masalah kebocoran soal yang sudah merupakan rahasia umum dan tradisi buruk
yang seolah tidak dapat dihapuskan justru menjadi sebuah keharusan. Hal ini
merupakan salah satu langkah awal kemerosotan dan perusakan mental dan akhlaq
siswa siswi diseluruh jenjang pendidikan. Padahal mereka merupakan generasi
harapan bangsa yang diharapkan dapat membangun Indonesia menjadi yang lebih baik.
Akan tetapi, dari sejak dini mereka harus dipksakan dengan sebuah manipulasi
yang sebenarnya dari hati mereka yang paling dalam pada awalnya sangat mereka
benci.
Kami sadar, sebenarnya ujian Nasional
memang merupakan suatu sistem pendidikan yang baik sebagai standarisasi bagi
pendidikan Indonesia agar lebih baik kedepannya. Namun, apabila kita lihat
sekarang ini banyak kecurangan yang terjadi dimana-mana. Ini akan menimbulkan
bahan standarisasi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Perlu
diketahui, bahwa itu semua dilakukan karna sebuah keterpaksaan yang dilakukan
sudah sejak dari tahun ketahun sehingga menjadi sebuah keharusan dan kewajaran
hingga sekarang. Kenapa? Karena bagi siswa siswi baik ditingkat SMP maupun SMA
sederajat, terutama yang terletak jauh dari pusat perkotaan tentulah merasakan
terkadang betapa tidak adilnya pendidikan di Indonesia. Sebab, belum
benar-benar meratanya kualitas pendidikan yang ada diperkotaan dengan di Pedesaan.
Jangankan ditingkat pusat, kualitas pendidikan ditingkat desa dengan kabupaten
kota atau provinsi saja terkadang sudah jauh berbeda. Apalagi ditingkat pusat?
Sedangkan soal-soal ujian Nasional menggunakan standarisasi nasional tanpa
benar-benar meneliti dan melihat apakah sudah merata dan sampai target kualitas
pendidikan diberbagai tempat? Mungkin, pemerintah sudah memberikan target
kepada masing-masing sekolah, namun sudahkah benar-benar berjalan? Sehingga
pada akhirnya dengan berbagai cara, sekolah-sekolah dan juga seluruh istansi
pemerintahan yang terkait yang tidak mau terkena aib serta juga tidak rela
melihat murid-muridnya yang telah bersemangat bersekolah setiap harinya, harus
tersakiti dengan hasil tiga atau empat hari tersebut yang sebenarnya tidak adil
bagi mereka, maka dengan keterpaksaan dan menanggung risiko yang sangat besar,
merekapun melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan dan hati
merekapun meronta dengan perbuatan itu. Menghalalkan hal yang haram demi
keselamatan dan masa depan ratusan bahkan ribuan murid.
Siapakah
yang harus disalahkan? Apakah pemerintah? Tidak, tidak sepenuhnya pemerintah
sebab tujuan awal baik dan kami sadar pemerintah telah bersusah payah melakukan
berbagai kebijakan dan perbaikan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik.Dan
kami tau, untuk membuat kebijakan akan pendidikan Indonesia ini dengan berbagai
kepribadian dan kemampuan yang berbeda serta dengan jumlah yang tidak sedikit
dari berbagai penjuru dunia tidaklah mudah. Ditambah lagi dengan otak atik tangan-tangan
orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan kepentingan
pribadinya. Lantas apakah guru? Tidak. Mereka hanya ingin yang terbaik untuk
muridnya. Jika tidak, tidak mungkin selama bertahun-tahun mereka selalu
menyisihkan waktunya untuk mengajar dan mendidik murid-murid di sekolah dengan
kasih sayangnya memberikan arahan dan bimbingan untuk menjadi generasi yang lebih
baik dan menjadi pemimpin bangsa yang beradab dan berilmu dimasa yang akan
datang. Bukankah itu juga hal yang dilakukan oleh guru Bapak/Ibu? Lalu siapa?
Apakah murid? Tidak, mereka hanya generasi muda yang ingin menuntut ilmu agar
menjadi insan yang berguna, mengetahui apa yang tidak mereka ketahui,
berkontribusi untuk tanah air kelahiran tercinta dan membanggakan dua malaikat
dunia mereka. Bukankah itu juga mimpi bapak/Ibu? Selanjutnya siapa? Apakah para
calo pembocor soal dan lainnya yang terkait memberikan bocoran tersebut? Mungkin
sekilas mereka bersalah karna memberikan jalan. Namun, sebagian itu dilakukan
karna keterpaksaan dan keterbutuhan akan ketidaksiapan baik secara mental
maupun intelektual pelajar. Sehingga muncul peluang bagi mereka. Jadi siapa?
Kami tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Kami telah salut dengan berbagai usaha
pemerintahan untuk memajukan pendidikan Indonesia dan bahkan telah membuat
berbagai cara untuk memperbaiki permasalahan pendidikan yang terjadi. Hanya
menurut kami, pelajar Indonesia yang cinta Indonesia dan tidak mau masalah ini
terus berlarut dan menjadi pijakan awal kehancuran moral para aset bangsa,
dengan tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada Bapak MenDikBud beserta staff,
maka adakalanya bagaimana jika mekanisme Ujian nasional sedikit kita perbaiki
dengan polesan keadilan dan rasa cinta tanah air.
Adapun
perbaikan yang kami coba ajukan yaitu bukanlah dengan penghapusan UN, sebab penghapusan
UN/UNAS bukanlah solusi yag tepat dari permasalahan ini semua. Karena itulah
salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selain
itu, jika tidak ada standarisasi nasional, maka pendidikan di Indonesia akan
semakin rendah dan akan banyak manipulasi dan monopoli di masing-masing sekolah
untuk meraih keuntungan. Dan pendidikan di desa akan semakin terpuruk sebab
hanya pendidikan di daerah kota saja yag semakin maju, sedangkan desa yang jauh
dari pusat informasi semakin jauh tertinggal sehinnga tidak adanya bahan
evaluasi Negara.
Oleh karena itu, sebenarnya mekanisme
yang harus diperbaiki secara maksimal agar tercapai tujuan yang maksimal dan
sebenarnya. Selain itu, jika ingin melakukan standarisasi nasional maka lakukan
pemerataan kualitas secara nasional. Jika mungkin sudah ada usaha untuk
melakukan pemerataan tersebut, lakukan kontrol yang efektif dan penuh tanggung
jawab dan kejujuran dengan mengarahkan aparat yang benar-benar dipercaya. Dan
jangan mempolitikkan pendidikan, terkadang mekanisme telah baik, namun banyak
tikus-tikus yang menggerogoti mekanisme tersebut untuk kepentingan pribadi,
Sehingga tidak tercapai tujuan yang sebenarnya. Usahakan pendidikan didesa
harus disamakan dengan kualitas kota, jika memang benar-benar ingin memajukan
pendidikan di Indonesia. Mungkin memang tidak mudah, tapi bukankah ini tantangan
untuk menjadi yang lebih baik dan benar-benar baik seperti ungkapan Bapak
KeMenDikBud yang saya kutip dari redaksi suara Islam.com bahwa, “ karena dengan
kesulitan akan membuat orang berusaha. Kalau tanpa tantangan, maka hidup ini
justru menjadi tidak baik.”
Dan
kami sadar, ini bukan hanya tugas MenDikBud beserta staff akan tetapi juga
siswa dan guru itu sendiri beserta aparat pemerintah yang terkait. Maka
lakukanlah instruksi dan arahan untuk bekerjasama dalam melakukan kontrol dan
pengembangan akan pendidikan, sekali lagi dengan catatan tanpa ada manipulasi
dan dilakukan dengan sebenar-benarnya. Selain itu, untuk mensukseskan Ujian
Nasional yang biasanya dilakukan diakhir semester setiap jenjang pendidikan,
maka jika diperkenankan, bagaimana jika dilakukan try out-try out yang
berstandar Nasional jauh sebelum Ujian Nasional dilaksanakan. Bisa saja
dilakukan disetiap semester jenjang pendidikan atau kenaikan kelas. Namun, jangan
dijadikan standar kelulusan terlebih dahulu. Ini hanya untuk menjadi tolak ukur
ataupun kontrol, telah sejauh mana kemampuan siswa dan apakah telah benar-benar
merata kualitas pendidikan di seluruh Indonesia atau belum. Dengan demikian,
masih ada semester-semester berikutnya yang dapat menjadi perbaikan ataupun
pelajaran untuk menuju Ujian Nasional yang sebenarnya. Serta menjadi bahan
evaluasi masing-masing sekolah dan Negara, apasih yang salah dan kurang dari
sistem pendidikan di masing-masing sekolah tersebut. Juga menjadi pelajaran
bagi siswa itu sendiri agar mereka dapat mempersiapkan mental dan intelektual
mereka sejak dini dengan terbiasa menghadapi ujian-ujian berskala nasional.
Dengan demikian sekolah, terkhusus siswa dapat terus berpacu dan belajar untuk
memperbaiki kesalahan yang ada. Selanjutnya kepada pemerintah lakukan
pendekatan dan perbaikan yang baik dan bijak tanpa adanya tekanan dari pusat
untuk membenahi permasalah yang terjadi. Jika memungkinkan, benar-benar kontrol
para guru untuk tidak melakukan kecurangan dalam uji coba tersebut yang dapat
menghambat kebijakan yang ada. Sehingga, try out berjalan dengan maksimal. Dan
diharapkan kepada guru sebagai agen yang lebih dekat dengan objek untuk
meyakinkan mereka bahwa mereka bisa dan mempunyai kemampuan untuk mengahdapi
ujian nasional tersebut tanpa ada kecurangan dan dilkukan dengan benar-benar
jujur. Oleh karena itu, sebenarnya mental mereka yang perlu diyakinkan. Hingga
waktu tempur yang sebenarnya tiba, seluruh siswa siswi tidak terlalu canggung
lagi dengan yang namanya ujian secara nasional dan telah siap secara mental dan
intelektual. Sebab jika Try out hanya dilakukan beberapa bulan sebelum ujian
nasional, bagaimana lagi mau memperbaikinya? Waktu beberapa bulan yang tersisa
tersebut kurang efektif. Sedangkan Ujian Nasioanal menjadi standarisasi
kelulusan dan menentukan masa depan pelajar. Kemudian, jika siswa siswi yang
tidak lulus, lantas harus mengikuti ujian susulan, maka diharapkan kepada semua
pihak jangan pernah mengucilaknnya. Cukup dengan pemberian nilai yang tidak
memuaskan, itu sudah cukup mengetuk hati mereka. Lakukan dengan prilaku adil
termasuk di perguruan Tinggi. Sebab, terkadang orang yang jujur sering
terkucilkan, apalagi di negeri ini. Bahkan, orang yang tidak jujur, tidak
jarang sering dibanggakan.
Dengan
demikian, diharapkan dapat menghapuskan kecurangan yang menjadi pijakan awal
pada kehancuran moral dan asset bangsa. Yang pada prinsipnya diawali karna
ketidak siapan para pemerintah setempat dan sekolah termasuk intelektual dan
mental siswa itu sendiri. Mental dan intelektual inilah yang harus disiapkan.
Jika kedua-dua ini setidaknya telah dimiliki para siswa, maka kecil kemungkina
kecurangan-kecurangan yang ada sekarang terjadi. Karna memang tidak dapat
dipungkiri, kecurangan ini terjadi karena ada peluang. Dengan demikian, semoga
terwujudnya pendidikan yang cerdas dan beradab. Sehingga lahir generasi muda
calon pemimpin bangsa yang dapat membawa Indonesia menjadi yang lebih baik dan
terbaik.
Demikianlah
surat cinta, dari anak bangsa yang mengemis sebuah harapan menuju Indonesia yang
lebih baik. Terimakasih atas segala perhatian dan kesempatan bapak kepada kami
untuk menyampaikan aspirasi ini, semoga bermanfaat. Mohon maaf atas segala
kekurangan dan ketidak berkenaan.
Salam pelajar Indonesia
Indonesia pasti jaya
Pelajar pasti bisa
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.