Selasa, 16 September 2014

Surat untuk Kemendikbud



 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kepada yang terhormat: Bapak Muhammad Nuh, selaku MenDikBud RI
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami kepada Bapak, sudi kiranya Bapak membaca suara hati kami ini,  dari goresan-goresan pena  pelajar yang memiliki bejuta harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Walaupun kami sadar, Bapak lebih faham dari kami tapi tolong jangan abaikan goresan pena yang penuh dengan rasa cinta ini.
           
            Beberapa tahun belakangan  ini, pendidikan di Indonesia mengalami permasalahan yang tiada henti. Padahal, kami sadar pemerintahan telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk pendidikan Indonesia dengan berbagai kebijakan. Namun, permasalahan terus saja terjadi. Diantaranya, masalah ujian nasional yang dari tahun ketahun selalu mengalami kontroversi yang sangat dinamis dan tak kunjung terselesaikan. Terutama, masalah kebocoran soal yang sudah merupakan rahasia umum dan tradisi buruk yang seolah tidak dapat dihapuskan justru menjadi sebuah keharusan. Hal ini merupakan salah satu langkah awal kemerosotan dan perusakan mental dan akhlaq siswa siswi diseluruh jenjang pendidikan. Padahal mereka merupakan generasi harapan bangsa yang diharapkan dapat membangun Indonesia menjadi yang lebih baik. Akan tetapi, dari sejak dini mereka harus dipksakan dengan sebuah manipulasi yang sebenarnya dari hati mereka yang paling dalam pada awalnya sangat mereka benci.
            Kami sadar, sebenarnya ujian Nasional memang merupakan suatu sistem pendidikan yang baik sebagai standarisasi bagi pendidikan Indonesia agar lebih baik kedepannya. Namun, apabila kita lihat sekarang ini banyak kecurangan yang terjadi dimana-mana. Ini akan menimbulkan bahan standarisasi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Perlu diketahui, bahwa itu semua dilakukan karna sebuah keterpaksaan yang dilakukan sudah sejak dari tahun ketahun sehingga menjadi sebuah keharusan dan kewajaran hingga sekarang. Kenapa? Karena bagi siswa siswi baik ditingkat SMP maupun SMA sederajat, terutama yang terletak jauh dari pusat perkotaan tentulah merasakan terkadang betapa tidak adilnya pendidikan di Indonesia. Sebab, belum benar-benar meratanya kualitas pendidikan yang ada diperkotaan dengan di Pedesaan. Jangankan ditingkat pusat, kualitas pendidikan ditingkat desa dengan kabupaten kota atau provinsi saja terkadang sudah jauh berbeda. Apalagi ditingkat pusat? Sedangkan soal-soal ujian Nasional menggunakan standarisasi nasional tanpa benar-benar meneliti dan melihat apakah sudah merata dan sampai target kualitas pendidikan diberbagai tempat? Mungkin, pemerintah sudah memberikan target kepada masing-masing sekolah, namun sudahkah benar-benar berjalan? Sehingga pada akhirnya dengan berbagai cara, sekolah-sekolah dan juga seluruh istansi pemerintahan yang terkait yang tidak mau terkena aib serta juga tidak rela melihat murid-muridnya yang telah bersemangat bersekolah setiap harinya, harus tersakiti dengan hasil tiga atau empat hari tersebut yang sebenarnya tidak adil bagi mereka, maka dengan keterpaksaan dan menanggung risiko yang sangat besar, merekapun melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan dan hati merekapun meronta dengan perbuatan itu. Menghalalkan hal yang haram demi keselamatan dan masa depan ratusan bahkan ribuan murid.
            Siapakah yang harus disalahkan? Apakah pemerintah? Tidak, tidak sepenuhnya pemerintah sebab tujuan awal baik dan kami sadar pemerintah telah bersusah payah melakukan berbagai kebijakan dan perbaikan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik.Dan kami tau, untuk membuat kebijakan akan pendidikan Indonesia ini dengan berbagai kepribadian dan kemampuan yang berbeda serta dengan jumlah yang tidak sedikit dari berbagai penjuru dunia tidaklah mudah. Ditambah lagi dengan otak atik tangan-tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan kepentingan pribadinya. Lantas apakah guru? Tidak.  Mereka hanya ingin yang terbaik untuk muridnya. Jika tidak, tidak mungkin selama bertahun-tahun mereka selalu menyisihkan waktunya untuk mengajar dan mendidik murid-murid di sekolah dengan kasih sayangnya memberikan arahan dan bimbingan untuk menjadi generasi yang lebih baik dan menjadi pemimpin bangsa yang beradab dan berilmu dimasa yang akan datang. Bukankah itu juga hal yang dilakukan oleh guru Bapak/Ibu? Lalu siapa? Apakah murid? Tidak, mereka hanya generasi muda yang ingin menuntut ilmu agar menjadi insan yang berguna, mengetahui apa yang tidak mereka ketahui, berkontribusi untuk tanah air kelahiran tercinta dan membanggakan dua malaikat dunia mereka. Bukankah itu juga mimpi bapak/Ibu? Selanjutnya siapa? Apakah para calo pembocor soal dan lainnya yang terkait memberikan bocoran tersebut? Mungkin sekilas mereka bersalah karna memberikan jalan. Namun, sebagian itu dilakukan karna keterpaksaan dan keterbutuhan akan ketidaksiapan baik secara mental maupun intelektual pelajar. Sehingga muncul peluang bagi mereka. Jadi siapa? Kami tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Kami telah salut dengan berbagai usaha pemerintahan untuk memajukan pendidikan Indonesia dan bahkan telah membuat berbagai cara untuk memperbaiki permasalahan pendidikan yang terjadi. Hanya menurut kami, pelajar Indonesia yang cinta Indonesia dan tidak mau masalah ini terus berlarut dan menjadi pijakan awal kehancuran moral para aset bangsa, dengan tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada Bapak MenDikBud beserta staff, maka adakalanya bagaimana jika mekanisme Ujian nasional sedikit kita perbaiki dengan polesan keadilan dan rasa cinta tanah air.
            Adapun perbaikan yang kami coba ajukan yaitu bukanlah dengan penghapusan UN, sebab penghapusan UN/UNAS bukanlah solusi yag tepat dari permasalahan ini semua. Karena itulah salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu, jika tidak ada standarisasi nasional, maka pendidikan di Indonesia akan semakin rendah dan akan banyak manipulasi dan monopoli di masing-masing sekolah untuk meraih keuntungan. Dan pendidikan di desa akan semakin terpuruk sebab hanya pendidikan di daerah kota saja yag semakin maju, sedangkan desa yang jauh dari pusat informasi semakin jauh tertinggal sehinnga tidak adanya bahan evaluasi Negara.
            Oleh karena itu, sebenarnya mekanisme yang harus diperbaiki secara maksimal agar tercapai tujuan yang maksimal dan sebenarnya. Selain itu, jika ingin melakukan standarisasi nasional maka lakukan pemerataan kualitas secara nasional. Jika mungkin sudah ada usaha untuk melakukan pemerataan tersebut, lakukan kontrol yang efektif dan penuh tanggung jawab dan kejujuran dengan mengarahkan aparat yang benar-benar dipercaya. Dan jangan mempolitikkan pendidikan, terkadang mekanisme telah baik, namun banyak tikus-tikus yang menggerogoti mekanisme tersebut untuk kepentingan pribadi, Sehingga tidak tercapai tujuan yang sebenarnya. Usahakan pendidikan didesa harus disamakan dengan kualitas kota, jika memang benar-benar ingin memajukan pendidikan di Indonesia. Mungkin memang tidak mudah, tapi bukankah ini tantangan untuk menjadi yang lebih baik dan benar-benar baik seperti ungkapan Bapak KeMenDikBud yang saya kutip dari redaksi suara Islam.com bahwa, “ karena dengan kesulitan akan membuat orang berusaha. Kalau tanpa tantangan, maka hidup ini justru menjadi tidak baik.”
            Dan kami sadar, ini bukan hanya tugas MenDikBud beserta staff akan tetapi juga siswa dan guru itu sendiri beserta aparat pemerintah yang terkait. Maka lakukanlah instruksi dan arahan untuk bekerjasama dalam melakukan kontrol dan pengembangan akan pendidikan, sekali lagi dengan catatan tanpa ada manipulasi dan dilakukan dengan sebenar-benarnya. Selain itu, untuk mensukseskan Ujian Nasional yang biasanya dilakukan diakhir semester setiap jenjang pendidikan, maka jika diperkenankan, bagaimana jika dilakukan try out-try out yang berstandar Nasional jauh sebelum Ujian Nasional dilaksanakan. Bisa saja dilakukan disetiap semester jenjang pendidikan atau kenaikan kelas. Namun, jangan dijadikan standar kelulusan terlebih dahulu. Ini hanya untuk menjadi tolak ukur ataupun kontrol, telah sejauh mana kemampuan siswa dan apakah telah benar-benar merata kualitas pendidikan di seluruh Indonesia atau belum. Dengan demikian, masih ada semester-semester berikutnya yang dapat menjadi perbaikan ataupun pelajaran untuk menuju Ujian Nasional yang sebenarnya. Serta menjadi bahan evaluasi masing-masing sekolah dan Negara, apasih yang salah dan kurang dari sistem pendidikan di masing-masing sekolah tersebut. Juga menjadi pelajaran bagi siswa itu sendiri agar mereka dapat mempersiapkan mental dan intelektual mereka sejak dini dengan terbiasa menghadapi ujian-ujian berskala nasional. Dengan demikian sekolah, terkhusus siswa dapat terus berpacu dan belajar untuk memperbaiki kesalahan yang ada.  Selanjutnya kepada pemerintah lakukan pendekatan dan perbaikan yang baik dan bijak tanpa adanya tekanan dari pusat untuk membenahi permasalah yang terjadi. Jika memungkinkan, benar-benar kontrol para guru untuk tidak melakukan kecurangan dalam uji coba tersebut yang dapat menghambat kebijakan yang ada. Sehingga, try out berjalan dengan maksimal. Dan diharapkan kepada guru sebagai agen yang lebih dekat dengan objek untuk meyakinkan mereka bahwa mereka bisa dan mempunyai kemampuan untuk mengahdapi ujian nasional tersebut tanpa ada kecurangan dan dilkukan dengan benar-benar jujur. Oleh karena itu, sebenarnya mental mereka yang perlu diyakinkan. Hingga waktu tempur yang sebenarnya tiba, seluruh siswa siswi tidak terlalu canggung lagi dengan yang namanya ujian secara nasional dan telah siap secara mental dan intelektual. Sebab jika Try out hanya dilakukan beberapa bulan sebelum ujian nasional, bagaimana lagi mau memperbaikinya? Waktu beberapa bulan yang tersisa tersebut kurang efektif. Sedangkan Ujian Nasioanal menjadi standarisasi kelulusan dan menentukan masa depan pelajar. Kemudian, jika siswa siswi yang tidak lulus, lantas harus mengikuti ujian susulan, maka diharapkan kepada semua pihak jangan pernah mengucilaknnya. Cukup dengan pemberian nilai yang tidak memuaskan, itu sudah cukup mengetuk hati mereka. Lakukan dengan prilaku adil termasuk di perguruan Tinggi. Sebab, terkadang orang yang jujur sering terkucilkan, apalagi di negeri ini. Bahkan, orang yang tidak jujur, tidak jarang sering dibanggakan.
            Dengan demikian, diharapkan dapat menghapuskan kecurangan yang menjadi pijakan awal pada kehancuran moral dan asset bangsa. Yang pada prinsipnya diawali karna ketidak siapan para pemerintah setempat dan sekolah termasuk intelektual dan mental siswa itu sendiri. Mental dan intelektual inilah yang harus disiapkan. Jika kedua-dua ini setidaknya telah dimiliki para siswa, maka kecil kemungkina kecurangan-kecurangan yang ada sekarang terjadi. Karna memang tidak dapat dipungkiri, kecurangan ini terjadi karena ada peluang. Dengan demikian, semoga terwujudnya pendidikan yang cerdas dan beradab. Sehingga lahir generasi muda calon pemimpin bangsa yang dapat membawa Indonesia menjadi yang lebih baik dan terbaik.
            Demikianlah surat cinta, dari anak bangsa yang mengemis sebuah harapan menuju Indonesia yang lebih baik. Terimakasih atas segala perhatian dan kesempatan bapak kepada kami untuk menyampaikan aspirasi ini, semoga bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak berkenaan.
Salam pelajar Indonesia
Indonesia pasti jaya
Pelajar pasti bisa
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar