Rabu, 07 November 2012

Dibalik Senja Kerinduan_Cerpen


Dibalik Senja Kerinduan
            Rintik hujan malam ini mengingatkan ku pada sosok yang begitu ku kagumi. Dekapan seorang ayah yang kian lama ku nanti kehadirannya. Berharap ia kan segera memelukku. Untaian air mata kian membanjiri basah pipiku yang kian memudar karena kedewasaan waktu. Setiap ku tanyakan hal ini kepada  bunda, pasti berakhir keributan. Bunda tampak begitu membenci ayah, sehingga menimbulkan tanda tanya besar bagiku. Kenapa bunda membenci ayah apakah selama ini ada hubungannya dengan menghilangnya ayah dari pelukan kami.
            Kini ku lahir tumbuh dewasa. Ku dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu luar biasa. Ibu menghidupi aku dan abang hanya seorang diri, 11 tahun semua ini telah terjadi. Kehadiran seorang ayah yang sangat ku damba selalu terdelete oleh ke egoisan bunda. Bunda mengajakku dan abang untuk tidak mengingat ayah lagi karena ayah sudah tiada. Setiap kali kerinduan menghampiri ku hanya mampu menangis menatap bintang. Foto ayah pun tiada kumiliki selembar pun. hingga ku tak mengenal ayah sedikit pun. bahkan mungkin jika ayah benar-benar masih ada ku takkan mengenalnya. Mungkinkah selama ini aku pernah bertemu ayah?
            Kini ku telah tumbuh menjadi sosok cowok yang dewasa. Ayah, apakah kau tak ingin melihat ku tumbuh dewasa. Aku tumbuh dalam ayoman seorang ibu semata. Ibu selalu mengajarkan kami kemandirian sejak kecil. Ibu sangat menyayangi kami. Namun, ku tak pernah melihat ibu menangis karena ayah atau menatap foto ayah. Ibu selalu mengaku tidak memiliki foto ayah. Sulit diterima akal sehatku. Jika memang ayah masih hidup kenapa ibu harus menyembunyikannya dari aku dan abang. Apakah ayah sosok yang menakutkan. Bahkan ketika ku mencoba konfirmasi dengan pihak keluarga mereka seperti tak acuh akan pertanyaanku. Ya, keluarga pihak ayah juga tak pernah mengunjungi kami. Semuanya membuatku semakin bertanya-tanya. Tapi, pada siapa ku harus menemukan jawabannya. Akankah ku harus tetap diam dan mengubur kerinduan ini. Kerinduan sang anak terhadap ayahandanya. “ayah….Arief sangat merindukan ayah…Arief sangat berharap bisa bertemu dengan ayah”. Ya Tuhan….izinkan ku menatap ayah…! Amin
                                                            **********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar