Dibalik Senja Kerinduan
Rintik hujan malam ini
mengingatkan ku pada sosok yang begitu ku kagumi. Dekapan seorang ayah yang
kian lama ku nanti kehadirannya. Berharap ia kan segera memelukku. Untaian air
mata kian membanjiri basah pipiku yang kian memudar karena kedewasaan waktu.
Setiap ku tanyakan hal ini kepada bunda,
pasti berakhir keributan. Bunda tampak begitu membenci ayah, sehingga
menimbulkan tanda tanya besar bagiku. Kenapa bunda membenci ayah apakah selama
ini ada hubungannya dengan menghilangnya ayah dari pelukan kami.
Kini ku lahir tumbuh
dewasa. Ku dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu luar biasa. Ibu menghidupi
aku dan abang hanya seorang diri, 11 tahun semua ini telah terjadi. Kehadiran
seorang ayah yang sangat ku damba selalu terdelete oleh ke egoisan bunda. Bunda
mengajakku dan abang untuk tidak mengingat ayah lagi karena ayah sudah tiada.
Setiap kali kerinduan menghampiri ku hanya mampu menangis menatap bintang. Foto
ayah pun tiada kumiliki selembar pun. hingga ku tak mengenal ayah sedikit pun.
bahkan mungkin jika ayah benar-benar masih ada ku takkan mengenalnya.
Mungkinkah selama ini aku pernah bertemu ayah?
Kini ku telah tumbuh
menjadi sosok cowok yang dewasa. Ayah, apakah kau tak ingin melihat ku tumbuh
dewasa. Aku tumbuh dalam ayoman seorang ibu semata. Ibu selalu mengajarkan kami
kemandirian sejak kecil. Ibu sangat menyayangi kami. Namun, ku tak pernah
melihat ibu menangis karena ayah atau menatap foto ayah. Ibu selalu mengaku
tidak memiliki foto ayah. Sulit diterima akal sehatku. Jika memang ayah masih
hidup kenapa ibu harus menyembunyikannya dari aku dan abang. Apakah ayah sosok
yang menakutkan. Bahkan ketika ku mencoba konfirmasi dengan pihak keluarga
mereka seperti tak acuh akan pertanyaanku. Ya, keluarga pihak ayah juga tak pernah
mengunjungi kami. Semuanya membuatku semakin bertanya-tanya. Tapi, pada siapa
ku harus menemukan jawabannya. Akankah ku harus tetap diam dan mengubur
kerinduan ini. Kerinduan sang anak terhadap ayahandanya. “ayah….Arief sangat
merindukan ayah…Arief sangat berharap bisa bertemu dengan ayah”. Ya
Tuhan….izinkan ku menatap ayah…! Amin
**********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar