Tema : Generasi Muda Sebagai Penerus Nilai-Nilai
Kebenaran
Karya Ilmiah
MELAHIRKAN BANGSA CERDAS DI ERA GLOBALISASI MELALUI
PENDIDIKAN KARAKTER
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Visi
pendidikan Indonesia, dalam UUD 1945 mengamanatkan bahwa hakekat visi
pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya,
menyangkut keunggulan dalam ilmu pengetahuan, spritual, keterampilan,
produktivitas dan daya saingnya. Dalam ketetapan MPR No.
II/MPR/1998 tentang GBHN memperinci tujuan pendidikan nasional sebagai berikut,
yaitu: Pendidikan harus mampu menumbuhkan, meningkatkan kecerdasan dan dorongan
untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalamannya, sehingga
terwujud manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa,
berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, memiliki disiplin dan kecerdasan serta
tanggung jawab sebagai warga negara dan bangsa.
Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan
kualitas suatu bangsa, karenannya kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari
kemajuan pendidikannya. Kemajuan beberapa negara di dunia ini tidak terlepas
dari kemajuan yang di mulai dari pendidikannya, pernyataan tersebut juga
diyakini oleh bangsa ini. Namun pada kenyataannya, sistem pendidikan Indonesia
belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan.
Pendidikan di Indonesia masih belum berhasil menciptakan
sumber daya manusia (SDM) yang andal apalagi sampai taraf meningkatkan kualitas
bangsa. Krisis multidimensi yang dialami bangsa ini diyakini banyak kalangan
akibat gagalnya sistem pendidikan yang digunakan, juga merosotnya indeks
pembangunan manusia (IPM) atau Human Deveopment Index (HDI) Indonesia
tidak terlepas dari rendahnya kualitas pendidikan di negeri kita ini.
Data UNDP tahun 2000 tentang Human Development Report atau Human
Development Indeks menunjukkan dari 174 negara, Indonesia pada posisi yang
kurang menguntungkan bahkan memprihatinkan. Kita berada pada posisi ke-109,
hanya 1 (satu) tingkat di atas Vietnam. Sementara Malaysia pada posisi ke-56,
Brunai di posisi ke-25 dan Singapura berada diperingkat ke-22. pendeknya semua
negara ASEAN berada pada kisaran angka ke-100. Kecuali negara kita tercinta,
bahkan Jepang satu-satunya negara ASEAN yang mampu bertengger di atas, yakni
pada posisi ke-4.
Pendidikan Indonesia saat ini merupakan hasil dari kebijakan
politik pemerintah Indonesia selama ini. Mulai dari pemerintahan Soekarno (orde
lama), Soeharto (orde baru), Habibie (orde reformasi) KH. Abdurrahman Wahid
(orde transisi) Megawati (orde transformasi) dan yang sekarang, SBY (orde
reorientasi dan rekonsiliasi). Di lihat dari realitas praktisnya, pendidikan
kita masih mementingkan pendidikan yang bersifat dan berideologi materialisme-kafitalis.
Materialisasi atau proses menjadikan semua yang bernilai
materi telah merunyak di segala sendi sistem pendidikan Indonesia. Sendi-sendi
yang di masuki bukan hanya materi pelajaran, pendidik, peserta didik,
manajemen, dan lingkungan, tetapi tujuan pendidikan itu sendiri. Jika tujuan
pendidikan telah mengarah kepada hal-hal yang bersifat materi, maka apa yang
dapat diharapkan dari proses pendidikan tersebut.
Dari latar belakang diatas dapat
kita lihat permasalah-permasalahan yang ada akibat dari system pemerintahan-pemerintahan
yang sebelumnya. Hal ini berdampak buruk pada keberlangsungan masa depan
bangsa. Hal ini disebabkan oleh karakter positif yang belum mampu terintegrasi
di dalam jiwa seseorang. Cerdas jika tidak berkarakter akan menghancurkan. Nah,
maka dari itu penulis mengangkat judul KTI yakni “MELAHIRKAN BANGSA CERDAS DI ERA GLOBALISASI MELALUI
PENDIDIKAN KARAKTER”.
B.
Identifikasi Masalah
Rendahnya nilai karakter yang ada baik dalam jajaran
pemerintahan bahkan untuk tingkat remaja mengakibat permasalahan-permasalahan
dalam setiap bidang. Di tambah lagi dengan masuknya budaya baru tepatnya adanya
globalisasi membuat lengkapnya permasalahan yang ada. Seperti, (1) Hilangnya
budaya asli suatu daerah, (2)Terjadinya
erosi nilai-nilai budaya, (3) Menurunnya
rasa nasionalisme dan patriotisme,
(4) Hilangnya
sifat kekeluargaan dan gotong royong, (5) Kehilangan kepercayaan diri – gaya
hidup kebarat-baratan.
C.
Rumusan Masalah
Adanya globalisasi menimbulkan
berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah
terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri
suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang
selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Globalisasi
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik.
Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia.
Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi. Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar. Hal ini menimbulkan beberapa dampak negative dan positif.
Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia.
Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi. Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar. Hal ini menimbulkan beberapa dampak negative dan positif.
Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Ada
masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda, penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan
masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit
menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti masyarakat di daerah
terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan masyarakat yang belum
siap baik fisik maupun mental. Remaja sering sekali rentan dalam hal ini,
dimana remaja adalah objek utama yang mampu terinstalasi oleh perubahan.
Gaung globalisasi, yang sudah mulai
terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa
Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap
seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah
kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai
wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan
(Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional
kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa
Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki
kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu
bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses
komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan
menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu
kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara
maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki
dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal
dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses
ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
B.
Pendidikan Karakter
“Pendidikan
adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak
dengan tujuan peningkatan keilmuan jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap
dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi, agar si anak
hidup bahagia serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi
dirinya dan masyarakat.” Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
Pendidikan
karakter adalah sebuah sistem
yang menamamkan nilai-nilai karakter kepada anak usia sekolah yang dimana
nilai-nilai tersebut memiliki komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad,
serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa .
Indonesia
memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai
pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Nah, dalam hal ini pendidikan
berkarakterlah yang diperlukan dalam dunia pembangunan. Adapun karakter yang
ditanamkan disini yakni dapat dipercaya ( trustworthines), rasa hormat dan perhatian (
respect ), tekun ( diligence ) , tanggung jawab ( responsibility ) berani (
courage ), integritas ( integrity ),
peduli ( caring ), jujur ( fairnes ) dan kewarganegaraan ( citizenship ).
Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000),
ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian
ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard
skill dan sisanya 80 persen olehsoft skill. Bahkan orang-orang
tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting
untuk ditingkatkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengaruh globalisasi disatu sisi
ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia
.Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan
mulai pudar.Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang
diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada
akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan dalam bukunya Eastern
Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam
sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita,
entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi
terpisah.Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan.
Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila
timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita
larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita?
Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai
identitas bangsa.Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke
Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Bagi masyarakat yang mencoba
mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan
terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu
untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena
sebenarnya seni itu indah dan mahal.Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia
yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab
itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya
memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
B.
Saran
Dari hasil
pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya
pergeseran kebudayaan yakni dengan melahirkan bangsa cerdas di era globalisasi
melalui pendidikan karakter. Dalam hal ini baik pemerintah pusat, nasional
maupun sunia pendidikan harus memulainya sejak dini agar kita tidak terperosot
dalam lembah kehinaan tanpa karakter.
DAFTAR PUSTAKA
Medan, 07 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar