LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TAMAN
NASIONAL GUNUNG LEUSER
“UPAYA
PELESTARIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER MELALUI MARKETING KARAKTER”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman
Nasional Gunung Leuser atau yang lebih dikenal dengan istilah TNGL merupakan
surganya pecinta alam yang katanya jangan mengaku sebagai pecinta alam kalau
belum mengunjungi tempat ini. Sungguh luar biasa dan tentu banyak pengunjung
yang penasaran dengan tempat ini ketika membaca bahwa TNGL merupakan salah satu
warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada situs warisan dunia.
Pemandangan
yang indah, udara yang bersih dan nyaman tentunya sangat berguna bagi kita
dalam situasi apapun. Namun, ketika warisan dunia ini tidak kita pedulikan maka
kehancuran dan kepunahan akan menerpanya. Kalau bukan kita yang berperan lantas
siapa lagi yang kita harapkan. Hal sepele namun memiliki dampak yang luar biasa
ketika tidak kita respon mulai dari sekarang.
Berdasarkan
SK Menhut No. 276/KptsII/1997, total luas hutan TNGL 1.092.694 ha dan 80,5
persen (881.207 ha) berada di wilayah NAD, sisanya 19,5 persen (213.485
ha) berada di Kab. Langkat dan seluas 125.000 ha di antaranya berada di
Kecamatan Besitang. Berdasarkan pengamatan, tingkat kerusakan hutan di daerah
yang berbatasan dengan provinsi Aceh ini sudah cukup parah. Ka. SPTN Wilayah
VI, Subhan, S. Hut, mengatakan tingkat
deforestasi hutan TNGL Resort Sekoci, Besitang, mencapai 4.000 ha. Ada tiga
lokasi yang mengalami degradasi cukup parah, yakni di kawasan Barak
Induk, Sei. Minyak dan Damar Hitam. Menurut dia, data itu berdasarkan hasil
citra landsat tahun 2009.
Kurangnya
koordinasi dan pemahaman antara masyarakat dan pihak pemerintah terkait kawasan
TNGL menjadi salah satu permasalahan dibeberapa kawasan persebaran TNGL.
Illegal Loging adalah salah satu permasalahan yang sampai sekarang belum dapat
diselesaikan. Dimana banyak faktor pemerintah dan masyarakat yang ikut serta
dalam kegiatan Illegal Loging tersebut. Serta adanya perambahan lahan di
kawasan Kabupaten Aceh Tenggara, yang antara lain disebabkan oleh faktor
eksternal, yaitu kondisi keamanan yang tidak kondusif dan mengakibatkan warga Aceh mengungsi di dalam kawasan
TNGL dimana
masyarakat setempat belum mengetahui adanya pembatas daerah antara kawasan TNGL
dan lahan pribadi masyarakat yang
menyebabkan kawasan TNGL menjadi rusak. Hal ini disebabkan oleh para
pengungsi yang mengambil alih fungsi tanah di kawasan TNGL menjadi tempat
pembukaan lahan perkebunan Sawit secara Illegal.
Perawatan
serta penghayatan akan cinta alam tentunya menjadi solusi dibalik permasalahan
yang muncul secara perlahan namun mematikan ini. Maka dari itu penulis merasa
terpanggil untuk merangkai sebuah makalah karya tulis ini dengan judul “Upaya Pelestarian Taman Naional Gunung
Leuser Melalui Marketing Karakter”
B. Identifikasi Masalah
Dari
latar belakang diatas Taman Nasional Gunung Leuser mengalami beberapa
permasalahan yakni :
1. Kurangnya
koordinasi dan pemahaman antara masyarakat dengan pihak pemerintah terkait
kawasan TNGL.
2. Illegal
Loging.
3. Adanya
perambahan lahan di kawasan Kabupaten Aceh Tenggara yang mengakibatkan lahan
TNGL menjadi tempat pengungsian.
4. Adanya
pembalakan
liar serta alih fungsi hutan menimbulkan dampak kerusakan luas terhadap
ekosistem termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS).
C. Rumusan Masalah
Banyaknya
permasalahan yang timbul mengakibatkan kualitas Taman Nasional Gunung Leuser
menjadi terganggu. Sehingga dikhawatirkan beberapa kepunahan atau kerusakan
pada warisan dunia cagar biosfer ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Taman Nasional Gunung Leuser
UNESCO
telah menetapkan Taman Nasional Gunung Leuser sebagi Cagar Biosfer. Kawasan ini seluas 1.094.692 Hektar yang secara
administrasi pemerintahannya terletak di dua Provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara.
Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang,
sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.
TNGL merupakan
warisan dunia dari perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan
tropika dataran rendah sampai pegunungan. Dimana hampir seluruh kawasan
ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air
terjun. Terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia
altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan
R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang
merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan
yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.
Bahkan berdasarkan kerjasama Indonesia-Malaysia, juga ditetapkan sebagai
“Sister Park” dengan Taman Negara National Park di Malaysia.
Taman
Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu taman nasional terluas di
Indonesia. Di sini terdapat 130 spesies hewan, seperti gajah, badak, harimau,
macan tutul, dan masih banyak lagi, serta terdapat 325 spesies burung. Satwa
langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional antara lain
mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang (Hylobates
syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis
sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae),
kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong
(Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus
unicolor), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis
sumatrana). Taman ini dikelola untuk penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Terdapat sungai alas yang bisa
dijadikan sebagai lokasi arung jeram serta rafting sambil menikmati lebatnya
dan indahnya hutan yang lebat.
Ada enam
lokasi utama wisata di Taman Nasional Gunung Lauser yaitu , Bahorok atau Bukit
Lawang yang terkenal sebagai kawasan konservasi orang utan , Kluet yang
terkenal dengan wisata goad dan wisata bersampan di danau dan di sungai. Gunung
Lauser yang sering digunakan untuk lokasi wisata pertualangan mendaki dan
memanjat gunung.
B. Marketing Karakter
Marketing
dapat kita artikan sebagai pemasaran. Nah, dalam hal ini demi meningkatkan
suatu kualitas maka dibutuhkan market yang baik. Sistem marketing yang
terorganisir, terperinci dan terencana akan menghasilkan output yang memuaskan
tentunya. Namun ada satu hal yang terkadang kita sepelekan dalam hal ini. Yang
kita anggap kuno selama iniyakni mempertahankan serta memperbaiki karakter yang
ada.
Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Segala hal
kita lakukan tentunya harus dibarengi dengan karakter yang baik pula agar hasil
yang diharapkan bernilai memuaskan. Dunia marketing akan bernilai jika karakter
kita tanamkan didalamnya.
Dalam ruang
lingkung permasalahan TNGL yang sepele namun kian merambat yang disebabkan oleh
kurangnya pemahaman pelestarian serta rasa cinta terhadap warisan dunia maka
solusi yang tepat adalah dengan “Marketing
Karakter”. Dimana TNGL akan tetap berfungsi sebagaimana fungsinya yakni
salah satunya sebagai tempat wisata atau syurganya pecinta alam. Namun dalam
hal kunjungan atau wisatawan yang hadir dimanifestasikan sebagai rekan yang
sadar akan penjagaan warisan dunia ini. Nah hal ini dapat kita rangkum dalam
sebuah komunitas yang terdiri dari wisatawan yang hadir. Dimana komunitas
ini tentunya berasal dari kawasan
masyarakat, pemerintah serta cendikiawan baik pelajar maupun mahasiswa. Nah,
marketing karakter diharapkan mampu untuk meminimalisir tingkat kecerobohan
yang selama ini telah dilakukan baik dari masyarakat atau pemerintah sendiri.
Baik berupa Illegal Logging dan lain sebagainya.
Marketing
Karakter ini dapat dijadikan sebagai kegiatan tahunan yang menghadirkan
beberapa ormas, institute atau lembaga-lembaga yang mampu menjadi sumber market
dalam mempromosikan warisan dunia yang ada. Jika ada marketing karakter TNGL
ini maka kerusakan-kerusakan yang telah terjadi selama in akan mampu teratasi
karena adanya organisir yang dilakukan tidak hanya dari internal namun
eksternal juga berperan. Disamping itu marketing karakter ini juga akan mampu
menghasilkan keuntungan bagi TNGL yang digunakan untuk pelestarian dan
peningkatan kualitas TNGL sendiri.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Upaya
pelestarian TNGL sebagai warisan dunia perlu kita tingkatkan demi wahana yang
fantastis ini. Hal ini dapat kita lakukan melalui ”Marketing Karakter”. Peran kita sebagai pemuda pemudi bangsa sangat
diharapkan oleh cagar biosfer. Ide-ide creative yang dapat kita kembangkan
bersama dengan masyarakat, pemerintah, cendikiawan, pelajar serta mahasiswa
tentunya akan menghasilkan system market yang tidak hanya melampaui nasional
bahkan internasional seperti yang kita harapkan bersama. Dan hal ini akan
menggugah sedikit kesadaran atau memberantas kecerobohan yang terjadi selama
ini.
B. Saran
Dari
paparan singkat diatas maka saran dari penulis adalah kita sebagai pemuda
pemudi penerus bangsa serta masyarakat yang memiliki warisan dunia yang cukup
fantastis sudah selayaknya berperan dalam pelestarian warisan ini agar warisan
ini tetap terjaga dan semakin berkembang baik di dunia nasional bahkan
internasional. Agar warisan ini tidak punah hingga pada penerus anak cucu
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar