Rabu, 07 November 2012

UPAYA PELESTARIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER MELALUI MARKETING KARAKTER_KTI


LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
UPAYA PELESTARIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER MELALUI MARKETING KARAKTER
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Leuser atau yang lebih dikenal dengan istilah TNGL merupakan surganya pecinta alam yang katanya jangan mengaku sebagai pecinta alam kalau belum mengunjungi tempat ini. Sungguh luar biasa dan tentu banyak pengunjung yang penasaran dengan tempat ini ketika membaca bahwa TNGL merupakan salah satu warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada situs warisan dunia.
Pemandangan yang indah, udara yang bersih dan nyaman tentunya sangat berguna bagi kita dalam situasi apapun. Namun, ketika warisan dunia ini tidak kita pedulikan maka kehancuran dan kepunahan akan menerpanya. Kalau bukan kita yang berperan lantas siapa lagi yang kita harapkan. Hal sepele namun memiliki dampak yang luar biasa ketika tidak kita respon mulai dari sekarang.
Berdasarkan SK Menhut No. 276/KptsII/1997, total luas hutan TNGL 1.092.694 ha dan 80,5 persen (881.207 ha) berada di wilayah NAD, sisanya  19,5 persen (213.485 ha) berada di Kab. Langkat dan seluas 125.000 ha di antaranya berada di Kecamatan Besitang. Berdasarkan pengamatan, tingkat kerusakan hutan di daerah yang berbatasan dengan provinsi Aceh ini sudah cukup parah. Ka. SPTN Wilayah VI, Subhan, S. Hut,  mengatakan tingkat deforestasi hutan TNGL Resort Sekoci, Besitang, mencapai 4.000 ha. Ada tiga lokasi  yang mengalami degradasi cukup parah, yakni di kawasan  Barak Induk, Sei. Minyak dan Damar Hitam. Menurut dia, data itu berdasarkan hasil citra landsat tahun 2009.
Kurangnya koordinasi dan pemahaman antara masyarakat dan pihak pemerintah terkait kawasan TNGL menjadi salah satu permasalahan dibeberapa kawasan persebaran TNGL. Illegal Loging adalah salah satu permasalahan yang sampai sekarang belum dapat diselesaikan. Dimana banyak faktor pemerintah dan masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan Illegal Loging tersebut. Serta adanya perambahan lahan di kawasan Kabupaten Aceh Tenggara, yang antara lain disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu kondisi keamanan yang tidak kondusif dan mengakibatkan warga Aceh mengungsi di dalam kawasan TNGL dimana masyarakat setempat belum mengetahui adanya pembatas daerah antara kawasan TNGL dan lahan pribadi masyarakat yang menyebabkan kawasan TNGL menjadi rusak. Hal ini disebabkan oleh para pengungsi yang mengambil alih fungsi tanah di kawasan TNGL menjadi tempat pembukaan lahan perkebunan Sawit secara Illegal.
Perawatan serta penghayatan akan cinta alam tentunya menjadi solusi dibalik permasalahan yang muncul secara perlahan namun mematikan ini. Maka dari itu penulis merasa terpanggil untuk merangkai sebuah makalah karya tulis ini dengan judul “Upaya Pelestarian Taman Naional Gunung Leuser Melalui Marketing Karakter
B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas Taman Nasional Gunung Leuser mengalami beberapa permasalahan yakni :
1.      Kurangnya koordinasi dan pemahaman antara masyarakat dengan pihak pemerintah terkait kawasan TNGL.
2.      Illegal Loging.
3.      Adanya perambahan lahan di kawasan Kabupaten Aceh Tenggara yang mengakibatkan lahan TNGL menjadi tempat pengungsian.
4.      Adanya pembalakan liar serta alih fungsi hutan menimbulkan dampak kerusakan luas terhadap ekosistem termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS).

C.    Rumusan Masalah
Banyaknya permasalahan yang timbul mengakibatkan kualitas Taman Nasional Gunung Leuser menjadi terganggu. Sehingga dikhawatirkan beberapa kepunahan atau kerusakan pada warisan dunia cagar biosfer ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Profil Taman Nasional Gunung Leuser
UNESCO telah menetapkan Taman Nasional Gunung Leuser sebagi Cagar Biosfer. Kawasan ini  seluas 1.094.692 Hektar yang secara administrasi pemerintahannya terletak di dua Provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.
TNGL merupakan warisan dunia dari perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Dimana hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.  Bahkan berdasarkan kerjasama Indonesia-Malaysia, juga ditetapkan sebagai “Sister Park” dengan Taman Negara National Park di Malaysia.
Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu taman nasional terluas di Indonesia. Di sini terdapat 130 spesies hewan, seperti gajah, badak, harimau, macan tutul, dan masih banyak lagi, serta terdapat 325 spesies burung. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional antara lain mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana). Taman ini dikelola untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Terdapat sungai alas yang bisa dijadikan sebagai lokasi arung jeram serta rafting sambil menikmati lebatnya dan indahnya hutan yang lebat.
Ada enam lokasi utama wisata di Taman Nasional Gunung Lauser yaitu , Bahorok atau Bukit Lawang yang terkenal sebagai kawasan konservasi orang utan , Kluet yang terkenal dengan wisata goad dan wisata bersampan di danau dan di sungai. Gunung Lauser yang sering digunakan untuk lokasi wisata pertualangan mendaki dan memanjat gunung.
B.     Marketing Karakter
Marketing dapat kita artikan sebagai pemasaran. Nah, dalam hal ini demi meningkatkan suatu kualitas maka dibutuhkan market yang baik. Sistem marketing yang terorganisir, terperinci dan terencana akan menghasilkan output yang memuaskan tentunya. Namun ada satu hal yang terkadang kita sepelekan dalam hal ini. Yang kita anggap kuno selama iniyakni mempertahankan serta memperbaiki karakter yang ada.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Segala hal kita lakukan tentunya harus dibarengi dengan karakter yang baik pula agar hasil yang diharapkan bernilai memuaskan. Dunia marketing akan bernilai jika karakter kita tanamkan didalamnya.
Dalam ruang lingkung permasalahan TNGL yang sepele namun kian merambat yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman pelestarian serta rasa cinta terhadap warisan dunia maka solusi yang tepat adalah dengan “Marketing Karakter”. Dimana TNGL akan tetap berfungsi sebagaimana fungsinya yakni salah satunya sebagai tempat wisata atau syurganya pecinta alam. Namun dalam hal kunjungan atau wisatawan yang hadir dimanifestasikan sebagai rekan yang sadar akan penjagaan warisan dunia ini. Nah hal ini dapat kita rangkum dalam sebuah komunitas yang terdiri dari wisatawan yang hadir. Dimana komunitas ini  tentunya berasal dari kawasan masyarakat, pemerintah serta cendikiawan baik pelajar maupun mahasiswa. Nah, marketing karakter diharapkan mampu untuk meminimalisir tingkat kecerobohan yang selama ini telah dilakukan baik dari masyarakat atau pemerintah sendiri. Baik berupa Illegal Logging dan lain sebagainya.
Marketing Karakter ini dapat dijadikan sebagai kegiatan tahunan yang menghadirkan beberapa ormas, institute atau lembaga-lembaga yang mampu menjadi sumber market dalam mempromosikan warisan dunia yang ada. Jika ada marketing karakter TNGL ini maka kerusakan-kerusakan yang telah terjadi selama in akan mampu teratasi karena adanya organisir yang dilakukan tidak hanya dari internal namun eksternal juga berperan. Disamping itu marketing karakter ini juga akan mampu menghasilkan keuntungan bagi TNGL yang digunakan untuk pelestarian dan peningkatan kualitas TNGL sendiri.
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Upaya pelestarian TNGL sebagai warisan dunia perlu kita tingkatkan demi wahana yang fantastis ini. Hal ini dapat kita lakukan melalui ”Marketing Karakter”. Peran kita sebagai pemuda pemudi bangsa sangat diharapkan oleh cagar biosfer. Ide-ide creative yang dapat kita kembangkan bersama dengan masyarakat, pemerintah, cendikiawan, pelajar serta mahasiswa tentunya akan menghasilkan system market yang tidak hanya melampaui nasional bahkan internasional seperti yang kita harapkan bersama. Dan hal ini akan menggugah sedikit kesadaran atau memberantas kecerobohan yang terjadi selama ini.
B.     Saran
Dari paparan singkat diatas maka saran dari penulis adalah kita sebagai pemuda pemudi penerus bangsa serta masyarakat yang memiliki warisan dunia yang cukup fantastis sudah selayaknya berperan dalam pelestarian warisan ini agar warisan ini tetap terjaga dan semakin berkembang baik di dunia nasional bahkan internasional. Agar warisan ini tidak punah hingga pada penerus anak cucu nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar