Rabu, 07 November 2012

Renungan_hanva


Kini saatnya menyadari bahwa kecintaan orang tua terhadap anaknya benar-benar tak mampu terbalaskan. Terkadang ibu selalu melarang ini dan itu yang kita inginkan. Dan kita pun merasa kian terkekang. Namun, sadarilah bahwa itu adalah suatu bentuk kekhawatiran ibu yang bertanda ia sangat mencintai kita. Tiada kasih sayang dari siapapun yang mampu menandingi kasih sayang ibu. Pacar?? Tidak. Kasih sayang pacar hanya 10 % dari kasih sayang ibu.
Ingatkah kamu ketika seorang ibu mencium anaknya ketika seorang anak yang baru saja menunaikan ijab Kabul pada suatu pernikahan. Begitu eratnya pelukan sang ibu terhadap anak gadisnya. Tergambar begitu berat ia untuk melepaskan anak gadisnya. Tahukah kamu apa yang menyebabkan ia bersikap seperti itu? Ia takut kau tak terjaga oleh suamimu. Ia takut kurang disayang oleh suamimu. Ia takut akan kebahagianmu. Karena sungguh hanya ia yang mengerti semua tentangmu kawan. Kesukaanmu, manzamu, sakitmu, bahagiamu…semua ia tahu. Ingat ketika kau demam maka ibu adalah orang yang paling khawatir. Apapun akan ia relakan demi kesembuhanmu. Baru demam…yang bisa kita bilang itu sepele. Ingat ketika kau pulang sekolah tak selera makan, maka ia akan masakan apapun yang kau inginkan agar kau berselera untuk makan. Kembalilah untuk mengingat masa SDmu. Ibu selalu menyiapkan masakan terlezat untukmu sepulang sekolah. Ibu selalu berusaha membuatkan makanan yang memacu selera makanmu. Ibu terus berfikir untuk mengganti menu makanan di setiap harinya.
Kini, kau telah beranjak dewasa. Pergaulanmu mulai tak mampu terkontrol olehnya. Kau memiliki teman lawan jenis. Kau mulai perlahan melupakan ibu. Kau lebih sering komunikasi dengan teman baruu itu. Kau rela berbohong kepada ibu hanya demi teman barumu. Kau pun mulai jarang pulang. Hari libur kau manfaatkan untuk bersenang-senang dengan lawan jenismu itu. Ya sebutlah dia adalah pacarmu..your boy friend..sementara disetiap weekend ibu selalu menunggu kepulanganmu..ibu telah siapkan makanan kesukaanmu..ibu telah menunggumu didepan pintu rumah…ibu sangat merindukanmu. Apakah kau pernah memikirkan itu kawan?
Kini hubunganmu dengan ibu kian menjauh. Berawal dari teguran ibu kepadamu untuk tidak terlalu dekat dengan pacarmu itu. Namun, kau membantah amanah ibu. Kini, kau pun mulai berperang dengan ibu. Melawan semua perintahnya dan lebih mementingkan hawa nafsumu. Sadarkah kau siapa yang telah membuatmu mampu berdiri sekarang sadarkah kau siapa yang telah merawatmu tanpa bayaran selama 20 tahun? Sadarkah kau siapa yang membuatmu mampu menikmati dunia ini? Ibu…hanya dia. Ingatlah masa-masa kecilmu. Semua keinginanmu harus dipenuhi. Ibu selalu berusaha akan itu.
Dan ayah, tahukah kamu keringat yang telah dikeluarkan ayah selama ini. Pernah kah kau menyapa kelelahan ayah. Pernah kah kau bertanya kabar ayah? Pernahkah kau mengkhawatirkan ayah ketika ia belum pulang di jam 21.00?? kawan, ayah selalu mengorbankan waktu istirahatnya untuk mencari uang dan uang. Bahkan ia sering melupakan jadwal makannya. Ia sudah tak mengenal ngantuk di siamg atau malam hari. Ia tak perdulikan keringat yang telah membasahi bajunya. Bahkan terkadang ia merelakan semuanya hanya untuk memenuhi kebutuhan di rumah. Kebutuhanmu..hanya untukmu.
                                                                                                                                                Medan, 17 Desember 2011
                                                                                                                                                By : hana zyfia Mumtaz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar