Kamis, 20 Oktober 2011

Bila Akhirat Menjauhi kita


Akhirat. Kampung tempat segalanya berkesudahan. Mengkhiri jalan panjangnya rumah penghabisan, tempat segala hiruk pikukdunia timbang,lalu ditunaikan hak orang-orang yang punya hak. Serta diambilkan bayaran kekurangan orang-orang yang berbuat curang.
Nun di sana. Kita akan bersua. Seperti air sungai yang mengalir beliku, kesana pula bermuara pada akhirnya. Tetapi akhirat bukan sekadar tempat berkesudahan yang terpaksa. Atau tempat pembuangan segala isi alam semesta. Ya, pada ketetapan Allah, taqdir dan kuasa-Nya, tak ada yang bisa lari dari akhirat. Tapi bagi orang-orang beriman akhirat adalah juga tempat menggantungkan cita-cita, harapan, dan puncak kebahagiaan abadi. Tetapi bagi orang-orang yang bergelimang dosa, bergumul dengan syetan dan hawa nafsu, akhirat adalah tempat perhempasan yang menyakitkan. Seperti oggokan sampah yang tak kuasa terbawa arus. Melaju. Di sana pula sampah itu mengalir. Lalu terhenti seketika. Menebus segala kotoranya. Dengan cara yang sangat mengerikan. Ia mungkin dahulu mengatakan, seperti yang diabaikan Al-Qur’an,”Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), “hidup hanyalah kehidupan kita di dunis saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.”’(QS. Al-An’am : 29). Mka manusia sampah punya akhiratnya sendiri di kampung akhirat sana. Akhiran sebagai sampah, atau bahkan lebih nisat dari sampah. Susananya sangat mengharukan.”Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, ‘ Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman,tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan.” (Al- An’am:27).
Akhirat. Jauh dan dekatnya sangat tergantung pada cara kita mengerjarnya. Lama dan sebentarnya tergantung bagaimana kita berjalan menuju ke sana.
Sejatinya kita bertaruh untuk sesuatu yang sangat pasti. Akhirat yang sering terlupakan. Ia semertinya hadir di setiap jenak hidup kita, meski terasa asing dan tak tergambarkan.
Ia dekat tapi sering dianggap jauh. Ia nyata, bilapun sering dirasa sebatas cerita. Seperti pemangsa bertaring, ia bisa menyergap tiba-tiba, tapi betapa banyak orang yang tak pernah menyadarinya.
Akhirat. Seperti sahabat sejati. Ia akan terus melambai, bila kita masih jujur padanya. Ia akan merindukan kita, bila kita juga merindukannya. Ia akan menyiapkan sambutan untuk kita, bila kita masih setia berjalan menuju kepadanya. Kesetiaan seorang mukmin yang mencari cinta sejati: cinta yang menghidupkan dan memastikan harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar