Minggu, 30 Oktober 2011

Wujud Manusia Purba Modern

MARAKNYA peristiwa tawuran maupun bentrokan yang terjadi sekarang ini, menunjukkan potret buram mental anak bangsa. Kaum elite dan terpelajar banyak yang terjebak dalam dinamika arus yang membutakan pikiran sehat mereka. Masyarakat pun masih banyak yang memilih menggunakan cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Alhasil, bogem mentah pun di tujukan ke arah saudara setanah air yang dipikirnya adalah lawan mereka.
Kehidupan modern yang disanjung-sajung sebagai era kemajuan ilmu pengetahuan, terlihat nihil di lapangan. Banyak pikiran manusia yang tidak bekerja sempurna dalam memecahkan masalah karena tertutupi emosi sesaat.

Masyarakat sekarang ini menjunjung tinggi pola pikir “siapa yang kuat, dia yang menang” dengan makna yang telah bergeser dari makna sebenarnya, yakni banyak orang yang masih berpikir bahwa arti “kuat” itu hanya merujuk pada kekuatan tubuh, lewat adu otot. Padahal sejatinya, kata “kuat” sekarang ini itu lebih relevan dengan artian kuat pemikirannya dengan mengeluarkan ide-ide baru yang mampu mengguncang dunia dengan temuan-temuan brilian.

Hal tersebut lantaran otot lebih dikedepankan dari pada akal. Sehingga yang terlihat, yakni manusia modern sekarang ini seperti memerankan kembali kehidupan manusia purba. Di mana tidak ada yang namanya musyawarah dalam memecahkan masalah, asal pukul, serta sulit untuk membedakan mana yang benar dan salah.

Padahal, sejatinya manusia sekarang merupakan manusia yang jauh lebih cerdas dibanding manusia purba. Hal itu terbukti dengan banyaknya alat-alat canggih yang dirangkai dari tangan terampilnya. Namun, banyak kecerdasan manusia sekarang ini yang disalahgunakan sehingga yang kemudian muncul adalah pertanyaan mengenai sistem pendidikan kita. Apakah sistem pendidikan yang dilakukan selama ini salah, sehingga memunculkan banyak individu yang salah menggunakan kepintarannya tersebut?

Dalam memberikan pengetahuan dan pendidikan, tidak hanya tugas pemerintah. Keluarga, terutama ibu harus pandai memberikan pengetahuan, baik itu pengetahuan umum maupun pengetahuan tentang cara bersikap. Seperti sebuah rumah, jika fondasinya kuat, maka kuatlah rumah itu. Begitu juga pada diri anak, sebaikkan kita tidak hanya menjejali pikiran anak tentang pengetahuan umum semata, tetapi kita sedari dini juga menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai baik, sehingga karakter anak terbentuk baik sejak usia dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar